Thursday, December 22, 2016

Rocky part 1 : Basic Puppy Training

Sebenarnya sudah lama pengen pelihara anjing. Tapi karena sebelumnya kerja fulltime, kepikiran kasihan anjingnya kalau setiap hari ditinggal sendirian di rumah lebih dari 12 jam. Akhirnya tahun ini setelah berhenti kerja, membulatkan tekad untuk cari anjing, untuk teman di rumah dan membuat energi di rumah lebih positif. Anjing / binatang peliharaan itu secara fengshui membuat energi di rumah selalu mengalir sehingga semoga selalu ada energi positif di rumah kami :).
Akhirnya mulai pertengahan tahun 2016 ini mulai cari-cari. Pertama mencari jenis ras/breed yang sesuai karakternya dengan kami atau yang kami inginkan.
Setelah cari tahu sana sini, sering nonton Dog 101 di Animal Planet juga, akhirnya pilihan kami jatuh pada jenis PUG. Kenapa kami memilih PUG? karena pug ini ras yang cukup unik sesuai yang kami inginkan.
Karakter pug itu : tidak cerewet/ceriwis seperti pada anjing kecil lainnya. Pug juga ras yang sangat sociable dan loveable, senang bersama manusia, cocok dengan bayi/anak kecil sampai orang dewasa. Pug juga merupakan anjing yang banyak tidur..hehe.... jadi tidak terlalu merepotkan. Memang bukan anjing penjaga yang galak, tapi memang bukan itu yang kami cari. Kami mencari anjing sebagai teman. Selain itu, perawatan Pug juga mudah karena tidak perlu banyak di-grooming.

Akhirnya setelah cari di sana sini, sempat kopdar dengan beberapa pemilik anjing yg mau menjual anjing juga, akhirnya di bulan September ketemulah kami dengan pemilik anjing yang bukan breeder. Kami memang berusaha mencari yang tidak terlalu komersil, sebisa mungkin adopt, ataupun semi hibah.
Nah, ketemulah kami dengan rumah pertama si Rocky ini. Pemilik sebelumnya punya 2 pug dewasa warna hitam dan coklat yang baru melahirkan 6 ekor anak pug. Dia kewalahan mengurusnya karena dia juga bekerja full time dan orang tuanya di rumah juga tidak bisa mengurus seluruh anjingnya tersebut. Jadi sifatnya semi hibah. Datanglah kami ke rumahnya di Pondok Aren dan bertemu dengan keluarga Rocky. They are so cute. Saat itu usia mereka baru 2 bulanan. Pilihan kami lalu jatuh pada si Rocky ini.(awalnya namanya bukan Rocky, tapi karena saya & suami ingin menamakan anjing Rocky, lalu kami ubah menjadi Rocky deh...). Lalu hari itu juga, Rocky kami bawa pulang dan menjadi anggota keluarga baru kami :) :)

Rocky di hari pertamanya di rumah kami. So puppy :) :) 

 Di hari-hari awal Rocky di rumah kami, banyak sekali penyesuaian yang harus dilakukan dari kami maupun dari Rocky sendiri yang masih sangat kecil.
Di hari-hari awal dia masih menangis setiap malam, hik hik...kasihan kalau dipikir, dia harus berpisah dari ortu dan saudara-saudaranya.. Lalu, Rocky masih terbiasa jam biologis di rumah lamanya, yaitu jam 3 pagi sudah bangun dan sarapan. Yang ada kami yang kewalahan karena sejak jam 3 pagi Rocky bayi sudah berisik minta makan.
Namun sejalan dengan waktu, penyesuaian semakin baik.

Training yang kami lakukan untuk Rocky sebagian besar belajar dari Cesar Millan dan dari berbagai ilmu yang saya baca sendiri.
Prinsip utama dari Cesar Millan untuk mendidik anjing adalah Training - Discipline - Affection. Urutannya seperti itu. Jadi kami berusaha selalu menjadi pack leader yang baik bagi Rocky :)

1. Toilet training
Kami beruntung karena Rocky sudah terbiasa pee dan pup di underpad sejak di rumah lama. Sehingga kami tinggal meneruskan kebiasaan itu saja. Jadi sampai sekarang, Rocky sudah terbiasa pee dan pup di underpad yang kami letakkan di halaman belakang rumah. Sejauh ini tidak ada 'accident' berarti terkait toilet trainingnya. Paling hanya pup yang missed dari underpad sekitar beberapa sentimeter saja. Kalau pee selalu tepat di atas underpad. Lagipula halaman belakang rumah kami juga mudah dibersihkan. Jadi setiap pagi underpad diganti dan conblock disiram dengan karbol sereh. Rocky juga kami biasakan berada di halaman belakang rumah kami, kami berikan pagar pembatas antara halaman belakang dan rumah dalam. Jadi kalaupun Rocky kami perbolehkan masuk ke dalam rumah, dia patuh dan tidak pee/pup di dalam rumah.

2. Crate training
Sejak hari pertama Rocky di rumah dia sudah kami berikan kandang / crate di teras belakang rumah. Dia dibiasakan untuk tidur di dalam kandang. Pintu kandang selalu terbuka. Jadi dia tahu kandang adalah tempat tidurnya. Belakangan ini kami berikan bantal untuk di dalam kandangnya. Rocky dimasukkan kandang dan ditutup pintunya setiap pagi sekitar 3 jam selama si bibi datang dan bebersih rumah. Dengan demikian, Rocky juga mulai belajar menahan pee/pup sendiri. Karena sifat alami anjing yang tidak pee/pup di area tempat istirahat/tidurnya. Tapi selebihnya, Rocky tidak pernah kami kunci di kandang. Dia bebas main di halaman belakang rumah kami.
Kami juga beli kandang yang adjustable bisa dilepas-lepas sisinya untuk pagar dan kandang juga. Saya lepas dan dijadikan pagar saat ada jemuran di belakang supaya Rocky tidak ke area jemuran. Lalu dijadikan kandang kedua saat tidak dijadikan pagar. Kandang kedua ini biasa saya gunakan sebagai area timeout bagi Rocky saat dia nakal/melakukan kesalahan.

3. Feeding and Sleeping Schedule
Saya belajar bahwa puppy sudah bisa mengikuti schedule yang kita biasakan. Jadi kalau di rumah sebelumnya Rocky selalu bangun jam 3 pagi, kami mulai membiasakan dengan cara cuekin dia saat dia cranky setiap subuh. Sehingga akhirnya Rocky mulai bisa mengikuti jam biologis kami dan bangun minimal jam 5 pagi. Tidur malam juga kami kondisikan sekitar pukul 9 / 10 malam. Caranya dengan menutup pintu antara teras belakang dan rumah dalam (menunjukkan bahwa kamipun pergi tidur).
Untuk feeding schedule, karena masih puppy, harus makan 3 kali sehari, saya kondisikan ia makan pukul 6, 12 dan 19. Dengan jadwal snack sekitar pukul 9 pagi dan 5 sore.
Awalnya saya mengikuti pola raw food yang dibiasakan dari pemilik lama Rocky. Tapi melihat kondisi pencernaannya yang sepertinya kurang cocok, mulai saya biasakan dengan cooked food dan mengganti dog food nya dengan yang kualitas baik. Di awal-awal saya berikan dog food kualitas supermarket yang ternyata kurang baik gizinya. Jadi 2 bulan terakhir ini Rocky lebih sehat dan pencernaannya pun tidak bermasalah.
Untuk snacknya Rocky sangat senang wortel dan pisang. Wortel juga sangat baik untuk puppy yang sedang teething.
Rocky tidur hampir setiap waktu :) Anywhere. 


4. Home Alone training
2 minggu pertama Rocky di rumah, sebagian besar waktu saya menemani dia di rumah. Menurut berbagai sumber, 2 minggu pertama di rumah, puppy memang sebaiknya tidak ditinggal dulu. Puppy masih sangat membutuhkan perasaan aman dan connected dengan pemilik barunya. Setelah 2 minggu itu, saya kembali beraktivitas. Rocky mulai diajar ditinggal sendirian 3-5 jam. Kalau saya pergi seharian, ada dog walker di komplek kami yang akan datang ke rumah untuk memberi makan/snack dan mengajak Rocky jalan/main.

5. Leash training
Setelah Rocky vaksin yang kedua, baru kami ajarkan leash training untuk dia bersiap keluar rumah. Karena breed pug ini mudah sesak nafas makanya kami berikan harness yang tidak mengikat di lehernya. Lalu perlahan kami ajak ke halaman depan, lalu ke jalan depan rumah. Lalu setelah vaksinnya lengkap, baru Rocky dibiasakan jalan keluar setiap harinya. Jadi setiap hari Rocky dibiasakan jalan keluar minimal 30 menit. Keliling komplek. Saya sehat, Rocky juga sehat.
Dari jalan di luar ini, Rocky belajar bersosialisasi dengan banyak hal. Motor, kucing, ayam, orang lewat, anak kecil, anjing lain, dsb.
Rocky makin banyak teman, kami pun makin banyak teman. :)
Saat mogok jalan :) 

Salah satu kebiasaan Rocky, kecapean di jalan, nongkrong di tengah jalan :) 

Rocky & his friend, Peggy. Pug betina usia 6 tahun. Tante Peggy :) 


6. Obedience training
Salah satu peran pack leader bagi anjing adalah untuk memastikan anjing mengikut aturan disiplin dari kita sebagai pemilik. Walaupun Rocky so cute dan kadang saya tidak tega melihat tatapannya kalau sudah miring kepalanya, tapi kalau dia salah, tetap dia dihukum dan diberi time out. Prinsip utama nya tidak beda dengan ilmu psikologi yang saya pelajari. Yaitu reinforcement positif dan negatif. Saat dia berlaku baik sesuai dengan instruksi, diberi reward (saya berikan sepotong kecil snack/treat). Saat dia salah, diacuhkan selama beberapa saat. Akhirnya di usia 5 bulan ini, Rocky sudah mengerti beberapa instruksi lisan untuk duduk, salaman, tiduran :)
Selain itu yang terpenting, dia tahu aturan, jadi walaupun di halaman belakang rumah kami ada banyak barang termasuk sepeda statis, sepeda lipat, sepeda latihan, kabel, sapu, pengki, dll,  Rocky tidak pernah gigit-gigit/merusak barang-barang itu.
Saat dia masuk ke dalam rumah pun, dia patuh dan tidak menggigit barang-barang kami.
Salah satu triknya juga adalah dengan memberikan puppy mainan yang cukup banyak dan bisa menyibukkan baginya. Sejauh ini kebutuhan teething Rocky cukup terfasilitasi dengan mainan-mainannya sendiri. Sehingga ia tidak menggigit / merusak barang-barang kami.

Jadi, siapa bilang memelihara anjing itu merepotkan? Lebih banyak senangnya dibanding repotnya. Anjing juga sangat bagus untuk kesehatan, karena banyak penelitian membuktikan dengan mengelus/bermain bersama anjing, bisa menurunkan tekanan darah, kolesterol dan mencegah penyakit kardiovaskular.
Anjing juga adalah mind reader yang luar biasa, they can read your emotion. Dog reflects our emotion. Jadi seperti yang selalu dikatakan Cesar Millan, saat kita melatih anjing, sebenarnya kita melatih diri kita sendiri, to become a better person, better pack leader.

Our lives with Rocky are better than before.

xoxo



Thursday, June 23, 2016

Wibowo's 3rd Bali Trip : RoadTrip Bali Timur

Bulan Juni 2016 ini kami liburan ke Bali (lagi). Ini adalah trip ke Bali kami yang ke3 sebagai pasangan, diluar trip sendiri-sendiri urusan kerjaan. Bali adalah lokasi wisata yg menurut saya selalu ngangenin. Dan banyak sekali yg bisa dieksplore di pulau yg indah ini.

Wibowo's 1st Bali Trip : di tahun pertama nikah, masih aura honeymoon, masih cupu banget, belum ngerti pahit-manisnya dunia pernikahan :) Our 1st trip sebagai pasangan. Jadi ke Bali juga nginepnya masih di seputar Kuta (mainstream banget yaa), keliling masih sewa mobil+supir (merangkap tour guide). Perginya pun ke tempat-tempat wisata standar : tanah lot, kuta, sanur, goa gajah, sangeh, kintamani, dsb. Beberapa tempat yg udah pernah saya kunjungi dari jaman kecil pergi ke Bali sama keluarga.

Wibowo's 2nd Bali Trip : kali ini kami nginep beberapa hari di Ubud. Di homestay kecil di gang di dalam Ubud. Merasakan suasana Ubud yg sebenarnya. Lalu lanjut juga nginep sehari di Nusadua, melihat pertunjukan tari kecak yg keren banget pas sunset di Uluwatu, juga ke GWK. Dan main-main airnya cuma di area Benoa.

Nah, 3rd Bali Trip ini, seperti trip kami biasanya, direncanakan secara mendadak (H-1bulan). Karena semacam jadi 'tradisi' kami, setiap bulan puasa, kami travelling. Karena biasanya di bulan puasa load kerjaan lebih ringan dan tempat wisata tidak serame saat liburan/peak season.

Kali ini kami berencana road trip. Jadi hanya sewa mobil dan nyetir sendiri. Daerah yang kami ingin kunjungi juga jauh dari pusat kota. Kami berencana ke Bali Timur dan sekitarnya.

Day 1.
Karena alasan ekonomis dan ternyata harga tiket pesawat udah masuk ke peak season liburan sekolah, untuk pertama kali setelah bertahun-tahun, untuk berangkatnya kami naik maskapai L Air yg terkenal delay nya itu. Tapi Thanks God, flight on time dan smooth.
Sampai di Bandara Ngurah Rai janjian dengan orang car-rental untuk serah terima mobil. Saat deal pesan mobil dengan pemiliknya, saya memang bilang ingin mobil yang kecil saja untuk 2 orang. Jadi nggak perlu sewa MPV / semacamnya yang harganya lebih mahal.
Tapi...jangan membayangkan kalau kami menjalani roadtrip macam Rangga-Cinta yg naik jeep maskulin itu. Karena, kami sendiri kaget banget pas di parkiran bandara, menjumpai mobil yg kami sewa ternyata adalah mobil mungil ini yang berwarna pink! :) :)

The Pinky Car yg kami naiki untuk roadtrip ratusan KM ini :) 

Seluruh roadtrip kami ini dipandu oleh google map saja. Jadi hubby nyetir dan saya jadi navigator yang mengarahkan rutenya.
Selepas dari bandara, kami langsung menuju utara, lewat tol laut Mandara, lanjut ke Bypass Ngurah Rai, lalu masuk ke Jalan Ida Bagus Mantra yang panjaaang sekali menuju keluar kota.
Karena udah jam 12an, kami sekalian mencari restoran untuk makan siang di sepanjang jalan Ida Bagus Mantra. Tapi karena jalan ini adalah jalan keluar kota, yang lewat kebanyakan adalah truk-truk besar, jadi jarang ada daerah kuliner. Karena ingat kata Mas Rangga :) kalau travelling harus siap dengan kejutan-kejutan yang ada di sepanjang jalan. Jadi kami menikmati aja serunya laper dan cari restoran sepanjang jalan ini.
Lalu kami melihat resto Lawar Bali Kartika ini di pinggir jalan, cukup rame (ada beberapa mobil parkir). Kami nyobain lawar babi dan sapi disini. Porsinya besar banget, daging dan berbagai jenis protein daging-dagingan nya lengkap dalam seporsi. Untuk makan berdua disini, sampai kekenyangan, cuma bayar 54rb!

Lawar Bali Kartika - kejutan menyenangkan, lezat dan murah!

Kami lanjut menyusuri Jl Ida Bagus Mantra ke utara. Sekitar 1,5 jam kemudian dengan jalan berkelok-kelok naik turun bukit, kami sampai di daerah Candidasa, Karangasem.
Saya sudah booking di Relax Beach Resort Candidasa. Candidasa ini adalah daerah tourism yg tidak terlalu ramai. Cocok untuk mencari ketenangan dan menikmati pantai yg terasa 'privat'. Pusat tourism nya hanya di sepanjang jalan Candidasa ini, sekitar 1 km saja. Jadi di sepanjang jalan Candidasa ini ada berbagai restoran / cafe di kiri / kanan jalan, lengkap dengan minimarket dan berbagai hotel/resort. Suasanya mirip jalan utama Ubud, tapi tidak serame Ubud.
Jadi karena pusat keramaian hanya di jalan Candidasa ini, sebelum jalan ini dan setelah jalan ini, kembali terasa seperti jalan luar kota yg sepi dan berkelok-kelok.

Resort tempat kami menginap, sederhana tapi sangat memuaskan. Gak salah kalau rekomendasi dari booking.com beri rating 8.2 untuk tempat ini. Hanya ada 10 cottage disini, lengkap dengan kolam renang dan langsung berbatasan dengan pantai Candidasa di depannya.
Kami dapat cottage yg di depan, dekat dengan kolam renang dan pantai. Jadi begitu keluar kamar, langsung kolam renang dan suara deru ombak yang seru banget sepanjang hari/malam.
Cottagenya oke banget. Worth the money. Very recommended. BerAC, bersih, nyaman dan nuansa Bali banget. Kamar mandi nya luas, tapi nggak berpintu, jadi untuk traveller yg nggak nyaman sharing kegiatan kamar mandi sama room mate / pasangannya, mending jangan nginep disini :)

Resortnya tampak depan

Kolam renang yg keren di sisi pantai

Small & cozy resort

Cottagenya yg privat

Cozy bedroom, berasa jadi Khalessi kalau kata hubby :) 


Oya, karena memang tempat ini semacam tempat 'menyepi', di kamar juga nggak ada tv ya. Tapi sinyal HP dan wifi hotel sangat memuaskan.
Sore pertama disitu hujan deras, jadi saat malamnya kami jalan kaki keluar hotel untuk makan malam, di sepanjang jalan Candidasa itu sepi. Hanya ada beberapa bule-bule yang jalan kaki menyusuri juga. Ada beberapa resto/bar yang dipenuhi oleh bule-bule.  Kami makan di resto Aswata. Seperti kebanyakan resto western lain di area Bali, harganya cukup mahal tapi worth the money karena porsinya besar. Recommended. Set menunya lengkap dari appetizer (sup), main dish dan dessert. Bahkan salad nya pun juga porsi besar.

Pantai Candidasa juga terkenal dengan keindahan sunrise dan sunsetnya. Jadi seharusnya bisa kebagian sunrise dan sunset disini. Sayangnya selama kami disana, setiap sore dan pagi selalu mendung tebal. Langit baru cerah sekitar jam 9 - 3 sore. Jadi kami nggak kebagian indahnya sunrise & sunset sama sekali di Candidasa :(

Day 2.
Paginya kami jalan-jalan di Pantai Candidasa belakang hotel. Memang pantai candidasa berombak besar, dan tidak ada space berpasir yg luas. Kebanyakan berbatu dan karang. Jadi kurang cocok untuk leyeh-leyeh di pantai. Makanya banyak hotel yang menyediakan kolam renang yg view ke laut yg bagus untuk turis leyeh-leyehnya dari hotel saja.

Pantai Candidasa di area belakang hotel - Gubuk kecil sebelah kanan itu biasa dipakai untuk spa/pijet dari hotel
Breakfast diantar ke teras kamar. Breakfastnya sederhana, hanya ada 2 set menu  utama : egg atau pancake. Lengkap dengan minuman panas seteko besar dan sepiring besar buah-buahan. Jadi porsinya pun sangat besar dan mengenyangkan.

Lalu kami mulai trip ke Lotus Lagoon di Candidasa, yang jaraknya hanya sekitar 500m dari hotel. Sayangnya, lotus/bunga teratainya sedang gak terlalu penuh di danau itu. Kami juga ke pura di seberangnya Lotus Lagoon itu. Pura ini dari abad ke 16-17. Ada tangga yg sangat tinggi menuju puncak pura. Kami naik tangga sampai ke puncak pura.


Lotus Lagoon dan Candidasa beach dilihat dari atas pura diseberangnya

Lalu kami lanjut bermobil ke utara, menuju Virgin Beach. Untuk ke Virgin Beach, mobil hanya bisa sampai di parkiran. Selebihnya harus berjalan kaki sekitar 600meter di area hutan menuju pantai. Makanya memang disebut Virgin Beach. Saat kami ke sana, ada turis-turis asing yg juga sedang jalan kaki menuju pantai. Pantainya indah banget, pasir putih, lautnya biru kehijauan. Bersih banget. Dan tidak rame. Saat kami kesana, paling hanya ada sekitar 30an turis yg di pantai itu.
Di pinggir pantai juga banyak cafe-cafe dengan tempat istirahat warna-warninya.

Kalau Pantai Senggigi di Lombok masuk top 10 best beach in the world, menurut saya, Virgin Beach cukup bisa menandingi nya. Bedanya, Senggigi pantai yg luas, jadi lebih mudah dikomersialisasi. Saat ke Lombok bbrp tahun lalu, kami juga nginap di Pantai Senggigi. Tapi entah kenapa, indahnya Virgin Beach ini rasanya beda. Virgin Beach ini panjangnya hanya sekitar 600 meter-an. Jadi memang secluded beach dan belum komersil dengan penginapan/hotel di sekitarnya.

Virgin Beach - pasir putih, bersih, tenang

Virgin beach

Virgin beach - pasir putih, bersih, tenang
Dari Virgin Beach kami lanjut ke utara, menuju Chocolate Factory. Sempat kesasar oleh google map, akhirnya setelah nanya-nanya, ketemu juga tempatnya. Lokasinya di tepi Pantai Jasri. Di daerah ini ada beberapa rumah besar untuk homestay juga. Yang unik dari Chocolate Factory sebenarnya adalah bentuk bangunannya yg unik. Karena sayangnya saat kesana, sedang tidak produksi coklat. Jadi kami cuma minum coklat hangat yg dijual di cafenya saja.

Chocolate Factory 

Lalu kami lanjut ke utara, masuk ke kota Amlapura (ibukota Karangasem). Mulai masuk ke suasana 'kota'. Cari-cari makan siang, akhirnya ketemu juga Rumah Makan Pondok Mina, yang cukup direkomendasikan di area Karangasem. Kami makan pepes gurame yang enaaaak banget. walau pedas :)
Resto Pondok Mina Karangasem - pepes gurame nya enyaak...+ pedas!

Lanjut lagi ke Utara, dapat kejutan lain yg indah di trip ini yaitu Tirtagangga Water Palace. Kami berhenti dan masuk kesitu. Cukup rame dikunjungi turis asing & lokal. Jadi Istana Air ini memang dulunya milik kerajaan Karangasem. Istana air Tirtagangga ini berupa labirin kolam, air mancur dan air yang selalu mengalir dimana2. Airnya berasal dari mata air disini juga dan menurut penjaganya, di tiap kolam ada mata airnya sendiri. Dikelilingi taman rimbun dan patung2. Kolamnya banyak, air jernih banget dan penuh dengan ikan mas yang guede-guede banget. Ikan mas terbesar yg pernah saya lihat. Ada tempat untuk kita bisa 'jalan' di atas air juga. Suasananya sejuk dan indah. Tapi air dari tiap kolam juga mengalir ke kolam-kolam lain. Jadi di semua kolam airnya mengalir. Juga ada area kolam untuk mandi/berenang.

Tirtagangga Water Palace yang indah dan menyejukkan 


Pancuran-pancuran di Tirtagangga

Water hopping stepping stones yang keren

Walau sudah cukup sore, kami lanjut lagi ke Utara karena penasaran dengan Rumah Pohon di Desa Tulamben. Ternyata masih cukup jauh dari Karangasem, sekitar 1 jam perjalanan yg liku-liku. Dari jalan utama masuk ke desa Tulamben nya pun masih jauh dan berliku-liku. Desa Tulamben ini desa yg sederhana dan cukup gersang. Keliatan dari kebun-kebun desa yang mengering. Sepertinya masih jarang turun hujan disini.
Setelah melalui jalan yg lumayan jelek dan naik turun terjal, sampai juga di Rumah Pohon. Menurut saya, agak mengecewakan sih (setelah perjalanan jauh yg dilalui). Jadi Rumah Pohon ini sebenarnya adalah rumah tinggal yang secara desain memang sangat menarik dan areanya luas. Dibuka untuk wisata. Di bagian tengahnya ada semacam 'candi' batu yg terbuat dari batu semen bulat-bulat. Lalu juga ada beberapa rumah untuk yang di atas pohon. Juga ada beberapa hewan-hewan peliharan si pemilik yg dilepas di area itu, seperti burung merak, kambing, burung elang, monyet, anjing, dll.

Candi batu buatan di Rumah Pohon desa Tulamben
Rumah Pohon yang udah beda dr gambar yang kami lihat sebelumnya, udah diperbesar jadi kurang unik bentuknya

Dari rumah pohon sudah sangat sore, kami kembali ke Selatan untuk ke Candidasa lagi. Sekitar 1,5 jam perjalanan sampai Candidasa. Karena sudah capek, kami beli makan malam dibungkus dari Warung Jepun di dekat hotel. Seperti kebanyakan resto/warung di Bali, harganya rata-rata sama baik di cafe/resto/warung, menunya juga biasanya ada babinya. Jadi walau namanya warung, namun seporsi makanan harganya minimal 35rb, sama seperti di resto/cafe. Lagi-lagi dapat porsi yang sangat besar sekali, untuk babi asam manis dan sate babi :) Kami makan malam di teras kamar sambil istirahat.

Day 3
Sekitar jam 10, kami checkout dari hotel di Candidasa. Kami sangat senang banget di hotel ini. Suasananya luar biasa menyenangkan dan menenangkan. Bangun pagi dengan suara debur ombak dan kicau burung-burung. Cuma beberapa langkah ke kolam renang dan pantai. Sarapan yg lezat. We left our hearts here :) Sampai hubby bilang, dia mau jadi nelayan di Candidasa aja :)

Road trip kami hari ini adalah menuju Bali Selatan. Di daerah Pelabuhan Padang Bai, kami mampir ke Pantai Blue Lagoon. Untuk parkir mobil lebih dekat ke pantai, tidak harus jalan jauh seperti di virgin beach. Airnya disini biru kehijauan indah sekali. Pantainya sempit dan sepi, tapi agak kotor, dan hanya ada beberapa turis disini. Kebanyakan memang memilih menyebrang naik perahu dan snorkeling.

Blue Lagoon dari bukitnya

Lalu kami balik ke jalur utama, menuju selatan, ke Denpasar untuk bertemu kerabat yg tinggal di Denpasar.

Kami menginap di daerah Seminyak, Destiny Boutique Hotel. Setelah beberapa hari tinggal di daerah yang jauh dari keramaian, begitu masuk ke area Seminyak, terasa sekali crowded nya :) Hotel kami pun walaupun namanya boutique hotel, tapi ya ternyata seperti hotel kebanyakan saja. Memang dekorasi interiornya cukup unik selayaknya boutique hotel. Cukup nyaman, spacious, kolam renang nyaman. Terletak di Jl Drupadi, bagian dalam Seminyak. Dari hotel ke pantai juga cukup jalan kaki sekitar 7 menit. Oya, rekomendasi dari booking.com adalah 8,4 untuk hotel ini.

Kolam renang di Destiny Boutique Hotel

Sorenya kami jalan kaki ke pantai Seminyak. Tapi sayangnya sudah beberapa hari setiap sore selalu mendung, jadi nggak kebagian sunset. Pantai Seminyak seperti juga pantai-pantai pusat tourism di Bali, rame dan crowded. Pasirnya pun hitam, beda dengan Virgin Beach yg berpasir putih dan airnya jernih.
Pantai Seminyak - pasirnya gelap dan rame banget

Malamnya, kami makan malam di Lao Ta Sunset Road. Tradisi setiap ke Bali adalah makan bubur Lao Ta yang enaaak banget :)
Lalu mengunjungi kerabat di Denpasar sampai malam.

Day 4
Sarapan pagi di cafe breakfast kecil dekat hotel.
Lalu sekitar jam 10 check out hotel dan menuju Bandara. Mampir sebentar di toko oleh-oleh Krisna di Jl. Kuta.

Lalu...si pinky, mobil kecil yg udah tua ini (dr STNK nya ketauan mobil ini keluaran tahun 2007!), yang selama 4 hari ini sudah menemani kami roadtrip sekitar 250 km, tiba-tiba...di parkiran bandara, pinky terbatuk-batuk dan keluar asap dari mesinnya! Untung masih bisa sempat diparkirkan di tempat parkir yg layak. Lalu serah terima dengan orang rental mobil di parkiran dan kami jelaskan bahwa ada masalah di mesinnya. Kami bersyukur banget si pinky gak bermasalah di sepanjang jalan, dan benar-benar pas di parkiran bandara saja dia rusak :)

Kami pulang dengan maskapai C yg mendarat di bandara Halim. Flight sangat ontime & smooth, bahkan kami sampai lari-lari karena saat udah lastcall, kami masih antri beli nasi goreng :) Sampai di Halim pun lebih cepat 15 menit dari jadwal.

Budget travelling :
- Tiket pesawat PP (2 orang) : 3 juta
- Hotel 3 malam : 1,5 juta
- Sewa mobil lepas kunci 3 hari + bensin : 700 rb
- Makan (2 orang) 4 hari : 1 juta (dengan hitung kasar setiap kali makan @100rb/2 orang)
Jadi total biaya travelling kami kali ini masih < 7jt :)

You can always make money, but you can't always make memories :) :)


xoxo


Monday, June 6, 2016

Staycation : Quick Refreshment for Body & Mind

Sejak tinggal di luar Jakarta (a.k.a Bogor area), saya & suami sudah beberapa kali staycation di Jakarta & sekitarnya. Pertimbangan utama staycation adalah pengen liburan praktis, singkat, ekonomis dan yang pasti merasakan suasana baru. Yang terakhir itu sih biasanya jadi motivasi utamanya, pengen merasakan suasana baru karena lagi jenuh dengan suasana yg ada. Dan kenapa praktis, karena staycation cukup dilakukan pas weekend, 2 hari 1 malam. Cukup banget untuk bikin refresh lagi. Suasana beda juga karena di staycation, malamnya nginap di hotel (nggak pulang ke rumah), jadi ada merasa 'jauh dari rumah', walau sebenarnya jarak ke rumah juga hanya sekitar 1 jam perjalanan :).

Kami pernah staycation di area Jakarta Utara (daerah Kota dan sekitarnya) karena waktu itu sekalian ke Pulau Seribu. Jadi hari 1 keliling Kota Tua, Petak Sembilan, menelusuri berbagai gang kecil dan wihara-wihara tua disitu. Hari ke 2 ke Pulau Seribu, sorenya pulang. 

Kami juga pernah staycation di area Jakarta Timur (TMII), pas waktu anniversary. Ceritanya sekalian nostalgia, karena kami menikah di TMII (gereja Katarina TMII dan gedung sasono). Jadi sekalian staycation di hotel Santika TMII, paginya misa di Gereja Katarina tempat kami menikah (gereja ini gereja kecil mirip kapel). 

Beberapa kali juga nginap di Hotel dekat Rumah Sakit, nggak diitung staycation yaa...karena kan tujuannya bukan refreshing :) 

Terakhir  kami staycation ke area Jakarta Pusat. Walau sering CFD di area situ, tapi staycation ini beda. Ya sekali lagi karena malamnya pulang ke hotel, gak ke rumah :)

Hari pertama kami ke area Pantai Indah Kapuk, ke Hutan Mangrove PIK. Saya amaze banget melihat hutan mangrove untuk pertama kalinya :). Apalagi di area Jakarta. Hutannya terawat, bersih dan sangat unik. Dan sepertinya tidak banyak orang yang tahu ada Hutan Mangrove seperti ini di Jakarta. Padahal jajaran bakau/mangrove ini menjaga pantai utara Jakarta dan juga banyak sekali manfaatnya untuk tanah Jakarta. 
Lokasi Hutan Mangrove PIK ini persis di seberang sekolah TzuChi. Ada gapura kayu kecil. Mobil bisa masuk ke parkiran di dalamnya. Ada tiket masuk untuk mobil 10rb dan untuk dewasa @ 25rb. 
Siap-siap pakai sepatu keds/sneakers, karena untuk jalan di hutan mangrove ini kita jalan di atas bambu/kayu di atas rawa-rawa. Jadi kalau pakai flat shoes/sandal, telapak kaki bakal sakit. 
Oya, untuk masuk ke dalamnya juga kita nggak diperbolehkan bawa makanan/minuman. Tujuannya ya supaya nggak nyampah di dalam kawasan hutan. Ada restoran di bagian depan. Dan kalau mau, cuma 10 menit kok ke kawasan Kuliner PIK yang hits itu...:)

Hutan Mangrove PIK

Mangrove kecil hasil sumbangan berbagai instansi/donatur

Cottage2 tempat nginap di hutan Mangrove

Setelah capek berpanas2 ria di hutan Mangrove ini, kami menuju hotel staycation. Saya sudah booking di Morrissey Hotel Residences di Jl. Wahid Hasyim. Kenapa? karena ada beberapa review positif tentang hotel ini untuk staycation, hotelnya keren, harganya masuk akal, lokasi strategis. :) Walau memang suasanyanya maskulin. Dan kerennya adalah konsep hotel dan desainnya memang unik. Bahkan hotel ini punya personifikasi I Am Morrissey. Jadi seolah saat tinggal disana, kita berjumpa langsung dengan si Morrissey ini. Morrissey ini mem-personifikasi diri sebagai pria modern-metroseksual begitu deh, yang saya tangkap dari keseluruhan konsep dan desain hotel.

Area Lobby
Ornamen Telepon kuno unik

ornamen Pee Dog dimana-mana, termasuk di kamar
Vespa orange sebagai dekorasi di lobby

Desain area lift yang cool...

Karena konsepnya hotel residences, jadi memang lebih dari sekedar hotel. Kamarnya dengan desain modern-maskulin dengan nuansa hitam-putih-abu-abu. Lengkap dengan dapur komplit (kompor, microwave, kulkas, peralatan masak), sofa, meja kerja, lemari baju luas,meja setrika. Sangat spacious, praktis dan nyaman. Karena memang sejatinya hotel ini adalah serviced apartemen untuk para pria-pria modern ibukota :)

Dapur modern yang komplit dengan semua peralatan masak (tinggal bawa bahan makanan)

Meja kerja yang nyaman

Comfy bedroom area

Sofa sebagai area 'living room'

Dan salah satu hal yang wajib ada sebagai syarat staycation adalah : kolam renang yang asik. 

Infinite Pool yang asik
Intinya staycation itu kan untuk refreshing, ganti suasana, dan senang-senang. Dan itu semua didapat dari hotel ini :)
Oya, lokasi yang strategis di pusat kota juga memenuhi kebutuhan nostalgia saya sebagai anak Jakarta (yg un-urbanisasi ke Bogor setelah menikah). Jadi untuk makan malam pun kita nostalgia ke kaki lima di sepanjang Jalan Sabang :)

2 hari 1 malam. That's all we need from a decent staycation. 

See you on the next Wibowo's Trip-cation. :)

xoxo



Friday, April 22, 2016

2nd cycle IVF : Frozen Embryo Transfer story

Setelah melalui fresh cycle ivf di bulan September 2015 lalu, badan saya melalui penyesuaian yang cukup lama untuk kembali back to normal. Jadi setelah mens di bulan Okt 2015 yg menandakan embryo kami gagal implant, saya tidak mens lagi sampai 12 Feb 2016. Istilahnya anovulasi. Kami berpikir ini masih wajar karena badan saya masih beradaptasi dgn habisnya efek obat2an ivf saat itu. Saya jg positive thinking saja mgkn masih efek dari suntikan Tapros 3M yg memang menghentikan siklus menstruasi untuk menjinakkan kista saya. Jadi malah ini menjadi hal yang positif. Dengan anovulasi, kista saya mengecil (terakhir usg, tinggal 2cm di sisi kiri saja). 

Kami memutuskan menunggu 1 siklus dulu, untuk kembali ke dokter meneruskan kembali ivf kami. Mens berikutnya baru datang tgl 21 Maret. Sesuai niat, di hari ke-3 mens kami datang ke Dokter Iko, krn kebetulan 2 hari sebelumnya dokter lg cuti ke aussie.

Karena masih ada 5 embryo, kami tinggal melakukan Frozen Embryo Transfer (FET) prosedur. Yang jauh lebih simple dari prosedur ivf komplit. Karena basically sekarang tinggal menyiapkan rahim saya untuk ditanam embryo2 kami ini.

Obat2an pun hanya diminum, tidak ada suntik2an sama sekali. (Thanks God!).
Mulai hari ke-3 -10 saya diberi Progynova. Semacam obat stimulasi hormon estrogen (estradiol) untuk menjaga ketebalan dinding rahim. Dosis nya ditambah per 3 hari.
Hari ke 10, saya kembali ke dr untuk cek ketebalan/kesiapan dinding rahim.  Dinding rahim saya oke dan ketebalannya sudah mencukupi yaitu 9mm. Maka dokter menjadwalkan prosedur FET di hari Rabu 6 April. Atau di hari ke-14.
Obat2an ditambah sedikit, crinone (progresterone), duphaston dan asam folat biasa. Karena kebetulan saya jg sedang batuk pilek, dokter jg resepkan antibiotik & obat batuk.

Menjemput impian di hari Rabu...

Rabu, 6 Apr 2016
Sehari sebelumnya (Selasa) masih fase galau dan moody. Karena belum ada kabar dari Klinik. Seperti ivf lalu, kami memilih menginap di hotel dekat RS supaya lebih santai. Sampai di hotel, masih galau krn belum juga ada kabar kepastian dr klinik sampai sore. "What if.." thinking mulai bermunculan. Akhirnya jam 8 malam baru dapat no hp suster yg ngurus jadwal. Saya kontak by wa dan baru liat balasannya Rabu pagi. Jadi ET jam 12 siang. Thank God udah nginep di deket RS.

Sayangnya, ternyata jam 1 kurang suster bilang Dokter Iko stuck di persiapan konvensi internasional fakultas dan saya direfer untuk ET dengan dr. Muharam. Sempet gemesh dan kzl. Tp ya sudahlah...resiko punya dokter yg juga dosen berprestasi terbaik seIndonesia.

Frozen Embryo Transfer (FET)
Dari 5 embryo yg tersisa, hanya 4 yg bertahan. Dari 4 yg frozen, saat di-thawing, hanya 3 yg cukup kualified. Embryo yang best quality adlh no.9. My number. 
Jam 13.30 ET, saya istirahat di ruang tindakan sampai jam 14.45. Berdasar pengalaman yang lalu, kali ini saya bawa ipod ke ruang tindakan, jadi saat harus berbaring 1 jam setelah ET, saya nggak mati gaya / stress sendiri. 
Setelah 1 jam berbaring, saya berpakaian dan menunggu dijemput Bru. Ini berasa banget santainya. Sementara pasien lain banyak yang memilih rawat inap, seperti sebelumnya, kami memilih menginap di hotel saja. Lebih rileks untuk kami juga. Lagipula saya sudah baca banyak dan tidak ada korelasi positif antara bedrest total setelah ET dengan tingkat keberhasilan implantasi embryo. Selama dalam 2 minggu tersebut mengurangi aktivitas dan tidak stress. 

Obat2an yg diberikan utk FET jauh lebih simple. Dan TANPA suntikan. I am so glad! Basically obatnya tidak beda dgn yg saya konsumsi sejak pertemuan dokter sebelumnya (progynova, duphaston, crinone, dan ditambah medrol untuk anti inflamasi).

Biaya untuk ET nya kemarin adalah 19 juta. Ditambah obat-obatan, ya mungkin jatuhnya sekitar 20juta. Karena kami menyimpan embryo selama 6 bulan juga, jadi juga dikenakan biaya simpan embryo.

2 week wait
Berhubung sudah nggak kerja full-time, saya lebih santai kali ini untuk menjalani 2ww. Hanya "menolak" beberapa project di bulan April saja. No regret. Karena memang kami sudah alokasikan bulan April ini untuk ivf. Jadi seperti yang lalu, saya banyak menghabiskan waktu di rumah, gak bedrest sepenuhnya. Bed and couch rest tepatnya. Masih aktivitas di dalam rumah. Masak, cuci piring, dsb. Karena saya percaya dengan badan banyak bergerak, peredaran darah ke rahim juga akan semakin lancar. Tapi memang murni hanya di rumah. Menghindari bepergian dulu yang beresiko banyak guncangan-guncangan di perjalanan. 

Ambil Raport
Setelah 2 minggu yang terasa seperti 2 tahun :) Saatnya ambil raport, alias cek beta HCG. Saya udah sempat colongan testpack 2 hari sebelumnya, dan hasilnya negatif. Walau nggak menutup kemungkinan hasil bHcg bisa berbeda. Tapi kami udah lebih realistis dan punya persiapan hati yang lebih kuat kali ini. Iya, bhcg saya masih rendah banget yang artinya belum hamil. 
Untungnya saat ambil raport ini, pasien dokter iko sedang nggak banyak, dan klinik sedang santai. Jadi kami bisa ngobrol cukup banyak dengan dokter untuk "what to do next". 

Beberapa alternatif yang kami diskusikan sama dokter juga termasuk metode untuk memastikan kualitas kromosom embryo adalah yang paling qualified. Namanya Pre Genetic Screening (PGS). Namun entah kenapa, saya kurang sreg dengan metode ini. Karena metode ini istilahnya "membuang" embryo-embryo yang kurang bagus, dan hanya menanam embryo yang bagus. Padahal bagi saya pribadi, semua embryo yang didapat dari proses ivf adalah calon babies yang memiliki hak yang sama untuk ditanam kembali ke rahim. Kecuali seperti kasus embryo kami yang memang tidak bertahan sendiri saat di-thawing setelah difrozen, itu natural selection. 
Jadi metode ini sepertinya tidak akan kami lakukan untuk next step nya. 
Ada metode lain yang akan dicoba, tapi saya juga sedang pelajari lebih lanjut karena sempat baca-baca juga. Yaitu melakukan scratching (membuat guratan-guratan) di dinding rahim sebelum ET. Sehingga akan membantu embryo untuk memudahkan menempel. I will update all about it later. :) 

Oya, intinya ketidakberhasilan sebuah proses ivf adalah sesuatu yang "nothing to blame about". Tidak ada yang bisa disalahkan. Faktor X. Karena pada dasarnya embryo kami bagus. Dan dinding rahim saya bagus. 2 aspek itu adalah penentunya : kualitas embryo dan dinding rahim. 
Jadi artinya memang kami masih harus menunggu lagi. 

Saya juga mendapat banyak informasi obyektif mengenai berbagai hal seputar ivf dari blog seorang dokter dari India yang sangat informatif. Saya senang banget bacanya karena no judgement. Forum-forum lebih banyak berisi curhatan (dan emang cocok untuk curhat). Tapi di blog ini saya belajar banyak tentang seluruh proses yang kami lalui ini. Ini link nya : http://blog.drmalpani.com/2012/09/the-x-factor-in-ivf.html

We're okay. Hati kami sudah diselimuti kekuatan luar biasa. Tidak lagi mudah pecah berkeping-keping :). We already have many plans ahead.  
Yang pasti kami nggak akan berhenti berusaha. Karena kami percaya, God helps those who help themselves. 

Thanks for reading :)

xoxo

Monday, March 7, 2016

Mewarnai yang menenangkan


Belakangan ini, jika kita pergi ke toko buku, biasanya kita “disambut” oleh setumpuk buku-buku mewarnai untuk orang dewasa, dengan berbagai judul dan tipe. Di rak-rak tersebut ditambah dengan judul “best seller”. Buku-buku mewarnai tersebut, juga biasanya ditambah sub-judul : “terapi warna anti stress”, “bebas stress”, dsb.  Ternyata fenomena munculnya buku mewarnai untuk orang dewasa ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tren ini dimulai sekitar tahun 2012-2013 lalu. Salah satu buku mewarnai untuk orang dewasa yang menjadi pioneernya adalah buku Secret Garden dari Johanna Basford. Buku ini bahkan menjadi salah satu best selling book  di Amazon.com. Saat ini, tren buku mewarnai ini semakin besar. Bahkan ada puluhan tipe buku mewarnai untuk orang dewasa terbitan lokal yang juga sedang sangat digandrungi.
Padahal, beberapa dekade terakhir, mewarnai gambar, sepertinya adalah ranah anak-anak yang sedang belajar di taman kanak-kanak. Lalu, mengapa ternyata orang dewasa (ternyata) juga menyenanginya?
Dalam pemahaman Art Therapy, seni adalah sesuatu yang universal, tidak terikat oleh usia, budaya, gender, dan lainnya. Gambar dan warna, adalah bahasa yang universal juga. Dan menurut American Art Therapy Association, terapi seni (art therapy) adalah suatu cara dengan menggunakan proses penciptaan kreasi seni, dalam rangka mengeksplorasi perasaan, mendamaikan konfik emosi, meningkatkan pemahaman diri, mengatur perilaku, membangun kemampuan sosial, meningkatkan orientasi realitas, menurunkan kecemasan, dan meningkatkan self-esteem. Bisa dikatakan bahwa terapi seni memang menyediakan sarana untuk menghubungkan tubuh dan pikiran (body & mind). Dalam dunia psikologi terapi dengan menggunakan media seni (gambar) bukanlah sesuatu yang baru. Teori-teorinya sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1940an. Meskipun lingkup terapi seni tidak terbatas pada gambar saja, tapi juga mencakup seni suara, seni kerajinan tangan (kriya), seni tari, dan sebagainya. Namun, secara umum terapi dengan menggunakan seni gambar, merupakan yang paling aplikatif dan paling populer digunakan.
Namun, bagaimana sesungguhnya sebuah sarana seni dalam bentuk gambar dan warna, bisa sebegitu hebatnya dalam membantu seseorang mencapai kesejahteraan mental tersebut?

  • Gambar dan warna sebagai bahasa universal
Semua orang pada dasarnya senang menggambar dan senang pada warna-warni. Menggambar (seperti yang dipelajari di taman kanak-kanak), pastinya meninggalkan kenangan pada setiap individu dewasa. Begitu juga dengan warna. Setiap orang pasti memiliki warna favorit. Menggambar dan warna berkorelasi dengan sesuatu yang positif. Jadi itulah sebabnya, pada dasarnya setiap orang dewasa bisa “kembali” menikmati ekspresi masa kanak-kanaknya saat menghadapi kertas bergambar dengan beragam alat mewarnai.

  • Gambar dan warna memberi wadah untuk berekspresi
Banyak di antara kita yang senang mencoret-coret (doodling). Misalnya, saat sedang berbicara di telepon, lalu tanpa disadari, tangan kita menggambar bentuk-bentuk tidak jelas di kertas. Atau saat berada di dalam meeting atau di kelas, saat mendengarkan orang lain bicara, tanpa sadar kita menggambar-gambar di notes kita. Pada dasarnya setiap orang membutuhkan wadah untuk berekspresi. Namun dalam rutinitas, kesibukan, dan norma-norma yang mengikat sebagai orang dewasa, seringkali kita sendiri bingung bagaimana kita harus mengekspresikan diri. Akhirnya, kita menjalani keseharian hidup tanpa memikirkan pentingnya mengekspresikan diri. Lalu, tanpa disadari, berbagai persoalan hidup semakin menekan dan akhirnya kita menjadi stress, depresi, cemas, dan misalnya jadi berujung menyakiti diri sendiri atau orang lain dengan perbuatan/perkataan kita. Pada dasarnya, semua kebuntuan emosi tersebut, bisa dicegah apabila kita tahu bagaimana caranya mengekspresikan emosi. Menggambar/mewarnai adalah salah satu cara untuk mengekspresikan emosi. Menggunakan kombinasi warna tertentu, membuat suatu bentuk tertentu,dan menyelesaikan suatu gambar, semuanya memberi rasa menyenangkan pada diri. Di social media yang dibuat oleh para penulis buku mewarnai tersebut, sebagian besar komentar dari mereka yang mem-posting hasil mewarnainya di sosial media tersebut berisi seputar rasa puas dan bangga bahwa mereka telah berhasil menyelesaikan gambar tersebut.  Ekspresi emosi dengan bentuk gambar dan mewarnai seperti ini adalah wujud yang positif dan sehat.

  • Gambar dan warna yang membebaskan sekaligus menenangkan
Saat menghadapi kertas, gambar, dan alat mewarnai, lalu mulai mengisi bentuk gambar dengan warna, kombinasi warna, dan seterusnya sampai selesai. Pada dasarnya kita juga belajar untuk fokus pada sesuatu. Fokus pada gambar, bentuk, warna, yang semuanya begitu mengasyikkan. Secara tidak disadari, kita melakukan meditasi. Yaitu fokus pada sesuatu, pada “here and now”, dan tidak mencemaskan berbagai hal lain. Jauh dari keruwetan pikiran. Tanpa disadari pun, kita menjadi lebih tenang, lebih rileks. Apalagi di dunia serba digital ini, fokus pada sesuatu selama beberapa waktu tanpa diganggu oleh smartphone, adalah sesuatu yang positif bagi kesejahteraan mental kita.
Dalam terapi seni, mewarnai memberi efek terapi yang menenangkan karena strukturnya sudah disediakan (berupa gambar yang sudah ada). Sehingga menjadi lebih mudah bagi kita untuk memfokuskan pikiran.

Jadi, tidak salah jika para penulis buku mewarnai tersebut menuliskan efek “anti stress”, “relaxing”, dalam judul bukunya tersebut.

Namun yang juga harus disadari/dihayati, setiap individu pada dasarnya unik dan berbeda. Ada yang merasa sangat cocok menggunakan mewarnai sebagai terapi stress nya, namun ada juga yang tidak. Ada yang malah merasa lebih stress saat menghadapi garis-garis gambar yang kaku dan sudah ditentukan seperti itu. Ada juga yang merasa cocok menggunakan alat gambar pensil warna. Namun ada yang lebih merasa pas menggunakan spidol. Ataupun cat air.

Salah satu saran yang bisa diberikan disini adalah, tujuan dari sebuah sarana terapi seni adalah untuk membantu kita mengenali diri kita juga. Jadi apabila Anda memang menyenangi sarana gambar / mewarnai ini, ada baiknya Anda juga belajar mengenali diri dalam berbagai bentuk preferensi  mewarnai tersebut, sebagai berikut :

-          Apabila Anda malah merasa stress dengan adanya garis-garis / gambar yang sudah ditentukan dalam buku mewarnai, mungkin ada baiknya Anda bukan mewarnai, namun menggambar bebas (free drawing). Ini bukan menggambar di sekolah, jadi tidak ada yang akan menilai hasil karya Anda. Tujuan terapi seni adalah ekspresi emosi, jadi gambarlah bebas sesuka Anda. Atau, boleh gunakan buku mewarnainya tersebut, namun Anda tidak harus mewarnai sesuai dengan garisnya kok, Anda bebas mewarnai sesuka Anda dalam buku mewarnai tersebut. Seunik diri Anda ingin berekspresi.

-          Apabila Anda merasa tidak nyaman dengan alat gambar yang disediakan dari buku mewarnai tersebut (pensil warna / spidol), toh tidak ada yang melarang Anda menggunakan alat mewarnai yang lain. Eksplorasilah berbagai alat mewarnai yang ada. Bisa jadi menggunakan cat air, yang memberi rasa lebih membebaskan. Mencampur warna dengan cat air juga memberikan efek yang mengasyikkan. Atau jika misalnya Anda lebih senang dengan ketrampilan motorik, Anda bisa menggunakan potongan kertas warna / manik-manik untuk  ditempel dan dijadikan kolase di buku mewarnai Anda.

-          Apabila Anda merasa nyaman dengan alat / bentuk sarana mewarnai yang ada, toh tidak ada salahnya juga untuk eksplorasi diri dengan mencoba berbagai sarana gambar yang lain. Terapi seni memiliki rentang yang sangat luas dan Anda punya kebebasan untuk mencobanya. Ingatlah bahwa tujuan dari melakukan ini semua adalah untuk kesejahteraan mental Anda sendiri. Siapa tahu malah Anda menemukan bakat seni Anda yang terpendam selama ini.

Jadi, dengan semua manfaat positif mewarnai (dan menggambar) bagi kesejahteraan mental kita, silakan mulai mewarnai  / menggambar, dan temukan keajaiban menenangkan di dalamnya!
 *****

Daftar pustaka :
Gladding, Samuel.T & Newsome, Debbie. E. “Art in Counseling” in Malchiodi, Cathy.A. (ed). 2003, “Handbook of Art Therapy”. New York : The Guilford Press.

Vick, Randy. M. “A Brief History of Art Therapy” in Malchiodi, Cathy.A. (ed). 2003, “Handbook of Art Therapy”. New York : The Guilford Press. 

(mengcopy / mengutip tanpa ijin pemilik blog, merupakan plagiarisme).

Friday, February 12, 2016

Bangkok Trip (4D3N)

Akhir tahun 2015 lalu, saya dan suami ke Bangkok. Suami sudah pernah sebelumnya untuk working trip, karena saya belum pernah, dan kami selalu dadakan kalau membuat rencana liburan, pertimbangan kemudahan pun akhirnya membuat kami memilih menghabiskan liburan akhir tahun di Bangkok. 

Day 1 (Sabtu 26 Des 2015)
Kami naik AirAsia dari CGK pukul 06.55. Flightnya very ontime dan lancar. Walau ternyata nggak dapat tempat duduk sebelahan. Jadi cukup garing 3 jam sendirian di pesawat. Karena naik Air Asia, mendaratnya di bandara Don Mueang (low cost airport) pk 10.20. Bandara Don Mueang adalah bandara tua di Bangkok, ya semacam Halim PK nya Jakarta deh. 
Kami makan siang di bandara, di lantai 2 area foodcourt, ada Taurus Cafe. Pertama kali saya mencoba boiled rice (dan kemudian jadi jatuh cinta sama makanan hangat ini). 


Boiled Rice (bawah) dan semacam mie kuah (atas)

Dari situ kami naik taxi langsung ke hotel @mind Executive Suite di Sukhumvit. Saya cari hotel di area Sukhumvit berdasar referensi dari suami. Ternyata @mind ini di Soi 80an yang cukup jauh dari pusat kota. Walau begitu, cukup dekat dengan stasiun BTS, jadi cukup memudahkan transportasi juga. 
@mind Executive Suite ini very worth the money. Kamarnya luas, ada meja makan, microwave, kulkas besar, dvd, sandal, kamar mandi luas dan bersih. lingkungannya pun nyaman. Walau masuk ke gang, tapi bisa dijangkau jalan kaki ke jalan raya dan BTS. 






Chatucak Weekend Market
Dari Sukhumvit kami naik BTS (42 baht/orang) ke Chatucak. Chatucak ini pasar yang hanya buka di weekend saja. Saya banyak beli oleh-oleh disini, karena harganya cukup murah. Karena memang tujuan ke Bangkok bukan buat belanja, jadi cukup mengontrol diri untuk gak kebanyakan belanja. 
Kuliner : kami nyobain jajanan kaki lima sticky rice mango, kelapa, dsb. Lalu setelah keluar pasar, kami beli pho di warung pinggir jalan Chatucak. Warungnya unik karena semua jenis topping pho nya (toge, sawi, buncis, daun kemangi, dll) bisa ambil sendiri sepuasnya di atas meja. Tapi kami cukup terkejut saat bayar, walau warung kaki lima seperti itu, harga seporsinya 290 baht! (sekitar 100rb rupiah).
Pho warung pinggir jalan depan Chatucak


Lalu kembali ke Sumkhumvit naik BTS lagi. Beli makan malam take away, buah, air mineral, dsb dari Aeon minimarket saat otw jalan ke hotel.

Day 2 (Minggu 27 Des 2015)
Breakfast di hotel. Sangat memuaskan breakfastnya, saya kembali menikmati boiled rice with pork untuk sarapan :)

Holy Redeemer Church
Kami lanjut ke gereja untuk misa hari minggu di Holy Redeemer Church pk 9.45. Kami naik BTS lanjut naik taxi ke gerejanya. Misa dibawakan dalam bahasa inggris, dan suasana gereja menyenangkan, very multicultural. 



Jim Thomson House
Dari gereja, kami ke museum Jim Thomson House. Jim Thomson ini adalah seorang Amerika yang jadi legenda sutra Thailand. Namun ia menghilang saat tracking di hutan Malaysia tahun 1960an dan tidak pernah diketemukan jasadnya. Lalu rumahnya dijadikan museum. Rumahnya sangat unik karena terbuat dari kayu jati sepenuhnya. Untuk masuk museum bayar 150baht/orang. Museum ini sangat menyenangkan dan edukatif. 
Pemintal Sutra di Jim Thomson House

Tarian Khas Thailand di Jim Thomson House

Jim Thomson House


Siam Center, Siam Paragon, Siam Discovery
Dari situ kami lanjut jalan kaki ke stasiun BTS, ke Siam. Siam ini kompleks mall besar. Terdiri dari 3 mal besar. Siam center, Siam paragon dan Siam Discovery. Kami makan siang di Siam Center. 
Madame Tussauds
Lalu ke Siam Discovery untuk main-main di Madame Tussauds. We had so much fund disini. Enternaning our inner child untuk foto-foto dengan berbagai patung lilin disitu. 


Sealife
Lalu setelah puas di Madame Tussauds, kami lanjut ke Siam Paragon karena tergiur tiket terusan, untuk nyoba ke Sealife. Ini semacam akuarium raksasa, semacam Seaworld dan Jatim Park :) 

Asiatique Night Market
Kami keluar dari Siam sekitar jam 4 sore. Kami lanjut naik BTS ke Saphan Taksin, untuk lanjut naik shuttle ferry gratis ke Asiatique Night Market. Karena weekend, antrian ferry nya cukup panjang. Antri sekitar 30 menit. 
Naik ferry melintas sungai Chao Praya sekitar 30 menit. Sampai di pelabuhan Asiatique. 
Asiatique Night Market ini isinya restoran dan tempat belanja. Juga ada bianglala besar yang cantik disitu. Kami belanja oleh-oleh dan makan street food yang enak banget. Nongkrong bareng-bareng pengunjung lain di area street food nya. Suasana pasar malamnya menyenangkan sekali. 
Street food Asiatique - bbq pork. Soooo good!


Asiatique Riverfront - captured from the fery


Sekitar jam 7an kami kembali naik ferry gratis ke pier, lanjut naik BTS ke Siam, pindah lajur Sukhumvit untk turun di On Mut (stasiun BTS terdekat hotel). 

Day 3 (Senin 28 Des 2015)
Setelah sarapan di hotel, jam 9 kami berangkat naik BTS ke National Stadium, lanjut naik taxi ke Grand Palace
Karena hari ke-3 ini tujuan kami ke kuil, makanya kami menggunakan pakaian yang sopan (celana panjang), karena untuk masuk temple tidak boleh pakai celana pendek. 

Grand Palace
Grand Palace adalah tempat yang juga wajib dikunjungi kalau ke Bangkok. Tiket masuk ke Grand Palace 500 baht/orang. Seharusnya tiketnya terusan dan ada beberapa lokasi tujuan yg bisa gratis setelah dari Grand Palace, yang pengen banget saya kunjungi juga adalah Vimnamek (Largest Teak Castle) tapi sayangnya tutup di hari Senin. Jadi kami hanya puas-puasin di Grand Palace. Karena musim liburan, sangat rame sekali dengan banyaknya rombongan tour di Grand Palace dan cuaca panas terik. 
Saya kagum banget melihat indahnya Grand Palace dan Emerald Budha Temple (di dalam lokasi Grand Palace). 
Grand Palace. So photogenic! No filter needed. 


Wat Pho Temple
Sekitar pk 11.30 kami keluar dari Grand Palace, lanjut jalan kaki ke Wat Pho Temple yang lokasinya di belakang Grand Palace. Tiket masuk Wat Pho 100 baht / orang. Saya amaze melihat patung Budha Raksasa di sini. Sayang bagian telapak kaki Budha sedang direnovasi. 
patung Budha Raksasa

Di komplek Wat Pho juga ada kuil Budha yang dijadikan semacam kuil penghormatan untk arwah orang meninggal, karena banyak foto-foto orang yang meninggal di dinding seputar kuilnya. 
Setelah keluar dari Wat Pho, kami mencari makan siang di jalan belakang temple. Menyusuri jalan dekat Pier Tan Thiet, semacam jalan pasar yang bersih. Banyak penjual obat-obatan / minyak tradisional Thailand. Kami makan siang di cafe internasional yang nyaman banget tempatnya di area pasar itu, namanya Ban Than Thiet. Banyak turis bule yang juga makan disitu, nampaknya memang cafe ini cukup terkenal untuk turis bule. Bersih, AC nya dingin, makanan enak dan harga terjangkau. 

Wat Arun Temple
Setelah makan, kami balik ke area pier, naik kapal fery untuk nyebrang sungai ke Wat Arun. Bayar ferry nya 2,5 baht / orang. Sangat murah karena memang hanya nyebrang sungai saja. 
Begitu sampai sebrang, langsung lokasinya Wat Arun (Temple of the Dawn - karena indahnya saat dawn). Sayangnya saat kami disitu, sedang ada pekerjaan persiapan acara tahun baruan. Sehingga banyak kru mondar mandir, kabel lampu sorot seliweran dimana-mana. 
Temple of the Dawn (wat arun temple)

Dari Wat Arun, balik nyebrang lagi naik fery ke pier. Walau area ramai, susah cari taksi disitu. Akhirnya naik tuktuk ke Giant Swing.

Giant Swing
Giant Swing ini sebenarnya lokasi di kota biasa. Bukan area wisata. Namun ayunan raksasa ini dulu jadi semacam icon nya bangkok. Uniknya di sekitar Giant Swing ini ada puluhan / ratusan burung merpati yang memang dirawat. 
Giant Swing

Dari Giant Swing kami coba masuk ke temple di sebrangnya (Wat Satsu Temple). Disini ngeliat banyak bikhsu yang sedang kerja. 

Dari lokasi ini, kami nunggu taksi tapi lama, akhirnya naik tuktuk lagi 100baht untuk ke National Stadium. Tuktuknya sangat ngebut dan banyak lewat jalan pintas, salah satunya melintas di dalamnya Culalongkorn University. 
Dari BTS National Stadium lanjut ke On Nut, kembali ke hotel untuk istirahat. 
Malamnya kami cari makan malam di resto pinggir jalan dekat hotel, makan Pad Thai dan karena kurang puas, ditambah room service di hotel saja :)

Day 4 (Selasa 29 Des 2015)
Karena malamnya masih belum puas dengan street food di sekitar hotel, kami rencana ingin liat area Sukhumvit soi 38 yang pusatnya street food. Ternyata hanya ramai kulinernya kalau malam hari saja. 
Lalu kami nyebrang ke Sukhumvit soi 55 ke kios Mae Veree, beli sticky rice mango yang katanya terenak. Kos buah Mae Veree ini memang kios jadul banget. Lalu kami juga beli jajanan pasar di pinggir jalan. 
jajanan sarapan di area Sukhumvit soi 55

kios Mae Varee

Kue-kue jajanan di pinggir jalan

Jam 11 kami check out dari hotel, lanjut naik taxi ke Svarnabhumi Airport karena kami pulangnya naik Garuda. Beda dengan Don Mueang, Svarnabhumi ini airport yang baru dan sangat modern. Mirip Changi tapi lebih kecil. Kami nunggu sambil keliling airport, belanja-belanja, dan makan siang di Silom Village di airport. 
Pesawatnya ontime pk 14.10 dan mendarat di CGK juga ontime pk 17.15. 

Bangkok kota yang nyaman dan menyenangkan, makanannya gak ada yg nggak enak. Someday, we will be back :) 

xoxo,