Monday, September 17, 2012

Cast Away...

Cast away...akhirnya gips / cast yang selama 3 minggu terakhir saya pakai, dilepas oleh dokter.

Cara melepas gips memang agak menyeramkan, dokter memakai gergaji listrik kecil (seukuran pisau dapur) untuk memotongnya. Tapi nggak perlu kuatir, karena di dalamnya dilapisi dulu oleh lapisan besi, jadi yang kerasa di kulit cuma geli-geli aja. Setelah digergaji, biasanya dokter menggunting bagian-bagian gips yang masih bandel.

Pertama kali gipsnya terbuka, kita bisa melihat bagian tubuh yang injured jadi lebih kecil ototnya, istilahnya athrophy. Ototnya mengecil dan melemah. Kalau saya, pas gips di ankle kaki kanan dilepas, rasanya seperti gak punya kaki alias enteng banget rasanya kaki ini. Pas dipakai menjejak lantai, rasanya juga melayang. Ya iyalah, karena sebelumnya kan kaki dibebani gips yang lumayan beratnya.

Kulit di bagian yang tertutup gips juga warnanya lebih gelap (merah kebiruan). Mungkin karena efek bengkak sebelumnya juga.

Episode berikutnya setelah cast away adalah : belajar jalan.
Dokter bilang seminggu ini memang masih harus pakai kruk. Lalu minggu depan mulai belajar pakai kruk 1 saja. Baru setelah itu lepas kruk.

Keesokan harinya setelah gips saya dilepas, saya langsung ngantor lagi. Mau gak mau harus diantar sama supir, gak bisa dulu nyetir sendiri. Kaki langsung belajar napak dan jalan pelan-pelan. Di kolong meja saya kasih dus & bantal untuk selonjoran kaki. Beberapa hari pertama, kaki masih bengkak terus. Kaki juga rasanya masih sakit setiap kali berganti posisi. Misalnya setelah selonjoran lalu menapak. Rasanya masih nyeri dan ngilu. Tapi saya baca-baca, hal itu masih wajar. Bahkan bengkaknya kaki pun masih wajar dan masih akan dialami sampai beberapa minggu ke depan.

Yang pasti, kaki juga jangan dipaksa dulu dengan beban berat. Untuk latihannya pakai Partial Weight Bearing, jadi kaki mulai dilatih untuk menumpu badan, tapi sedikit-sedikit.
Kalau saya, patokannya adalah sampai kerasa sakit. Kalau belum kerasa sakit, masih saya teruskan coba menumpu badan.
Saya juga melatih otot kaki dengan latihan seperti ini. Lumayan banget untuk melemaskan dan menguatkan otot yang udah 3 minggu dipaksa istirahat.



It's been 5 days. Kaki saya makin terasa enak, gak terlalu sakit lagi. I think the recovery process goes well.

Tetap dijaga dengan minum suplemen kalsium & suplemen untuk penyerapan kalsium.
Untuk kulit yang ketutup gips dan sekarang jadi lebih sensitif, rajin-rajin saya oleskan body lotion saja. Karena memang kulitnya jadi sangat sensitif, terasa tipis dan mudah mengelupas.

Begitu deh kira-kira my recovery journey.

xoxo.





Wednesday, September 5, 2012

My GipsExperience

Journey ke Malaka, buat saya berakhir setelah kaki saya keseleo. Saya gak bisa kemana-mana, cuma tiduran di hotel. Perjalanan pulang dari Malaka ke KL ke Jakarta juga benar-benar luar biasa melelahkan, menyakitkan untuk saya.

Singkatnya, di Lebaran hari pertama (20 Agustus) sore, kami tiba dengan selamat di rumah.Orang tua saya langsung menginap di rumah, judulnya nengok dan nemenin saya yang lagi kesakitan.

Seninnya, sebelum pergi silaturahmi ke rumah mertua, ibu saya agak memaksakan saya untuk X-ray dulu, ingin tahu ada apa di kaki kanan saya. Akhirnya kami mampir ke RS dan X-Ray. Sangat mengejutkan saat dokter jaga UGD saat itu bilang bahwa tulang kaki saya ada yg retak. Dia langsung merujuk saya ke Dokter Ahli Tulang (Spesialis Bedah Orthopedi) yang baru ada keesokan harinya.
Saat mendengar 'vonis' retak itu rasanya sedih banget. Kalau cuma keseleo, saya yakin akan sembuh dalam beberapa hari. Tapi bengkak yang gak hilang-hilang dan rasa sakit luar biasa tiap kaki menapak, memang menunjukkan ada yang beda dari keseleo biasa.
Mertua sempat menyarankan diurut saja kakinya di Cimande. Kebanyakan pengobatan tradisional untuk keseleo, retak tulang, patah tulang, memang urut dan obat-obatan tradisional. Kalau dibaca-baca di internet, memang cukup menggiurkan, dengan urut dan ditempel beberapa ramuan, dalam 2 minggu tulang sudah bisa kembali normal. Tapi banyak juga referensi yang bilang, urut tidak selalu bagus. Untuk penyembuhannya pun tidak akan setotal jika ditangani oleh Dokter.
Akhirnya dengan berbagai pertimbangan, kami memutuskan untuk merawat kaki saya secara medis, ke Dokter Spesialis Bedah Orthopedi.

Saya baca-baca, memang jenis spesialisasi Bedah Orthopedi ini adalah profesi yang cukup 'langka'. Beda kalau dibandingkan spesialis penyakit dalam, ginekologi, dokter gigi, dan spesialisasi lainnya. Mungkin karena itulah, pengobatan tradisional untuk tulang sangat menjamur dimana-mana.

Akhirnya kami ke Dokter Spesialis Bedah Orthopedi di RS Bogor Medical Centre (BMC) dengan Dokter Ferry. Begitu melihat hasil X-Ray, dokter bilang memang terlihat retak kecil di tulang di atas tumit kanan saya. Retaknya sekitar 5 cm. Tapi posisi tulangnya masih bagus, tidak menyimpang. Jadi treatmentnya tidak perlu dioperasi, hanya perlu di gips.
Here we go...
Dokter membebatkan perban gips di kaki kanan saya. Beberapa lapis. Kemudian dalam beberapa menit mengering. Dan...rasanya berat... seperti kaki diganduli semen :)
Dan gandulan semen ini harus saya bawa-bawa selama 3 minggu ke depan!. Setelah 3 minggu, baru gips bisa dilepas.
Saat coba jalan dengan kruk (yang dibeli di Malaka :)), keseimbangan saya agak terganggu karena gandulan semen berat itu. Akhirnya untuk mobilisasi di rumah, saya pakai kursi kerja yang ada rodanya. Meminimalisir lompat-lompat dengan kruk.

Masa-masa adaptasi penggunaan gips kira-kira sekitar 2 hari. Gips tidak boleh kena air, jadi untuk mandi pun harus saya plastikkin dan saya mandi sambil duduk supaya gips tidak basah. Yang namanya masa adaptasi, ada fase penolakan, marah, kesal, nyesel. Tapi mau gimana lagi, kalau kata suami, mungkin ini cara Tuhan membuat saya istirahat. Karena mau gak mau, saya nggak bisa ngantor beberapa minggu.

Saya minta ijin dari dokter sampai gips dilepas, jadi saya akan absen kantor 2 minggu penuh.

Saya benar-benar istirahat, gak bisa banyak gerak. Bosannya minta ampun. Tapi manusia bisa adaptasi dan akhirnya saya mulai beradaptasi.
Setelah 10 hari, kaki mulai tidak terasa sakit, bengkak juga sudah mengecil. Bahkan otot kaki kanan yang tidak pernah terpakai lagi selama 2 minggu ini pun jadi mengecil dan lembek.

Teman-teman kantor dan saudara-saudara datang mengunjungi di rumah. Coret-coret di gips saya. Dengan kondisi ini malah rumah kami semacam 'open house' selama beberapa hari. Saya pun mulai terbiasa nerima tamu di rumah.

Dan sekarang pun saya masih 'menghabiskan' masa ber-gips sampai seminggu ke depan. Setelah gips dilepas, kata dokter, saya sudah boleh mulai jalan dikit-dikit dengan kruk. Masih fase penyembuhan yang membutuhkan waktu, kesabaran dan ketabahan.

Somehow, saya yakin ini bagian dari rencana Tuhan dan saya tetap percaya menjalaninya. It's all part of my gipsExperience.


xoxo....

Melacca : The Unforgettable Journey


Semua berawal dari kesialan dan keteledoran (mungkin).
Me & hubby, sedang liburan di Malaka, liburan yg sudah saya plan sejak sebulan sebelumnya. Tiket2 di-book sejak 3 minggu sebelumnya. Liburan ini kami jadwalkan di tanggal 16 - 19 Agustus.

Kamis, 16 Agustus 2012
Kami sampai KL pukul 10an. Karena tujuan liburan ini adalah bersantai, kami pun tidak buru2 langsung berangkat ke Malaka. Cari makan dulu di Bandara, muter2 di Bandara. Tanya sana sini tentang bus ke Malaka. Akhirnya dengan pertimbangan 'ingin nyobain FastTrain', kita milih nyambung 3 kali utk ke Malaka. Walaupun sbnrnya ada bus yg langsung dr bandara LCCT ke Malaka.
Kami beli tiket shuttle bus & FastTrain langsung di counter resmi di bandara, sekitar 10RM / orang. Shuttle busnya sampai stasiun Pasir Tinggi. Trus nunggu Fast Train yg akan membawa kami ke terminal TBS. Fast Train-nya sangat on time & sangat nyaman. Kosong bahkan.
Sampai di terminal TBS kami cari bus ke Malaka. Banyak sekali ternyata rute ke Malaka. Karena mau santai2 dulu, kami beli makan siang dulu di foodhall-nya TBS yg nyaman banget. Setelah makan, baru beli tiket bus. Tiket bus TBS - Malaka sekitar 8RM/orang. Kami langsung ke lantai bawah, busnya on time & cukup nyaman.
Perjalanan KL - Malaka sekitar 2 jam. Kebanyakan melalui toll road. Jadi pemandangannya agak membosankan.

Di Malaka, bus berhenti di Malaka Sentral. Yaitu terminal & tempat perbelanjaan. Karena saat itu menjelang Lebaran, kami memutuskan langsung pesan tiket bus utk kembali ke TBS di hari Minggunya.

Dari Malaka Sentral menuju hotel kami di area Jonker, kami naik taksi.
Prima Hotel Melaka yg saya booking via Agoda ternyata memang budget hotel yg cukup populer di kalangan turis tapi kurang populer di kalangan supir taksi.
Hotelnya nyaman, strategis, plus dpt breakfast. Langka banget ada budget hotel yg menyediakan breakfast. Kekurangannya adalah liftnya rusak bertahun2 dan tdk pernah dibenerin. Jadilah semua penginap harus naik turun lewat tangga darurat.

Hari pertama itu sorenya kami langsung jalan-jalan seputar Malacca River. Dan ternyata krn Malaka adalah kota kecil, banyak obyek wisatanya terkumpul di satu tempat dekat hotel kami, sehingga sore itu sebenarnya kami udah melihat banyak. Dari sungai Malaka, Stadhuys, Gereja Frans Xavier, Jonker Street.
Karena yg terkenal di Malaka adalah Chicken Rice Ball, malam itu kami mencoba restoran yg cukup ramai Famosa Chicken Rice Ball. Tapi ternyata besok2nya hubby nemuin chicken rice ball yg lebih ok dr Famosa itu.



Jumat, 17 Agustus 2012
Setelah sarapan di hotel, kami langsung jalan kaki lagi menyusuri Sungai Malaka. Kali ini krn masih siang, seputar Stadhuys sangat rame rombongan turis. Kami juga foto2 di benteng tua sebrang Stadhuys, ke museum marinir yg ada Kapal Besar banget, trus ke menara Tamping Sari. Tp karena mahal, kami memilih ikut Duck Tour naik mobil amfibi, menuju Selat Malaka. Sepanjang tour bengong aja krn tour guide-nya cuma ngomong pake bahasa Mandarin.

Pulang dr Duck Tour saat mau nyebrang jalan cari makan siang, saat lagi ngomongin tentang parking ticket di dashboard mobil2 disitu, saat lg gak liat jalan....brukkk!! Saya jatuh di trotoar, gak liat bahwa trotoar itu cukup tinggi. Pergelangan kaki kanan sakit banget & gak bisa bangun. Gak pernah saya ngerasain keseleo sesakit itu. Saya bebat pergelangan kaki dengan saputangan seadanya, lalu berusaha jalan terpincang2 ke pool taksi dan naik taksi kembali ke hotel.
Saya merasa ini keseleo yg luar biasa. Tp bagi hubby yg sering keseleo pas main basket, menurutnya keseleo itu biasa.

Dan akhirnya, kaki saya bengkak gede. Dan sisa 2 hari di Malaka, saya cuma tiduran di kamar hotel. Mau nangis rasanya kalau inget itu semua....hanya karena keteledoran kecil *tp kesialan ini belum berakhir disini*

...will be continued in another post...

xoxo