Monday, March 7, 2016

Mewarnai yang menenangkan


Belakangan ini, jika kita pergi ke toko buku, biasanya kita “disambut” oleh setumpuk buku-buku mewarnai untuk orang dewasa, dengan berbagai judul dan tipe. Di rak-rak tersebut ditambah dengan judul “best seller”. Buku-buku mewarnai tersebut, juga biasanya ditambah sub-judul : “terapi warna anti stress”, “bebas stress”, dsb.  Ternyata fenomena munculnya buku mewarnai untuk orang dewasa ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tren ini dimulai sekitar tahun 2012-2013 lalu. Salah satu buku mewarnai untuk orang dewasa yang menjadi pioneernya adalah buku Secret Garden dari Johanna Basford. Buku ini bahkan menjadi salah satu best selling book  di Amazon.com. Saat ini, tren buku mewarnai ini semakin besar. Bahkan ada puluhan tipe buku mewarnai untuk orang dewasa terbitan lokal yang juga sedang sangat digandrungi.
Padahal, beberapa dekade terakhir, mewarnai gambar, sepertinya adalah ranah anak-anak yang sedang belajar di taman kanak-kanak. Lalu, mengapa ternyata orang dewasa (ternyata) juga menyenanginya?
Dalam pemahaman Art Therapy, seni adalah sesuatu yang universal, tidak terikat oleh usia, budaya, gender, dan lainnya. Gambar dan warna, adalah bahasa yang universal juga. Dan menurut American Art Therapy Association, terapi seni (art therapy) adalah suatu cara dengan menggunakan proses penciptaan kreasi seni, dalam rangka mengeksplorasi perasaan, mendamaikan konfik emosi, meningkatkan pemahaman diri, mengatur perilaku, membangun kemampuan sosial, meningkatkan orientasi realitas, menurunkan kecemasan, dan meningkatkan self-esteem. Bisa dikatakan bahwa terapi seni memang menyediakan sarana untuk menghubungkan tubuh dan pikiran (body & mind). Dalam dunia psikologi terapi dengan menggunakan media seni (gambar) bukanlah sesuatu yang baru. Teori-teorinya sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1940an. Meskipun lingkup terapi seni tidak terbatas pada gambar saja, tapi juga mencakup seni suara, seni kerajinan tangan (kriya), seni tari, dan sebagainya. Namun, secara umum terapi dengan menggunakan seni gambar, merupakan yang paling aplikatif dan paling populer digunakan.
Namun, bagaimana sesungguhnya sebuah sarana seni dalam bentuk gambar dan warna, bisa sebegitu hebatnya dalam membantu seseorang mencapai kesejahteraan mental tersebut?

  • Gambar dan warna sebagai bahasa universal
Semua orang pada dasarnya senang menggambar dan senang pada warna-warni. Menggambar (seperti yang dipelajari di taman kanak-kanak), pastinya meninggalkan kenangan pada setiap individu dewasa. Begitu juga dengan warna. Setiap orang pasti memiliki warna favorit. Menggambar dan warna berkorelasi dengan sesuatu yang positif. Jadi itulah sebabnya, pada dasarnya setiap orang dewasa bisa “kembali” menikmati ekspresi masa kanak-kanaknya saat menghadapi kertas bergambar dengan beragam alat mewarnai.

  • Gambar dan warna memberi wadah untuk berekspresi
Banyak di antara kita yang senang mencoret-coret (doodling). Misalnya, saat sedang berbicara di telepon, lalu tanpa disadari, tangan kita menggambar bentuk-bentuk tidak jelas di kertas. Atau saat berada di dalam meeting atau di kelas, saat mendengarkan orang lain bicara, tanpa sadar kita menggambar-gambar di notes kita. Pada dasarnya setiap orang membutuhkan wadah untuk berekspresi. Namun dalam rutinitas, kesibukan, dan norma-norma yang mengikat sebagai orang dewasa, seringkali kita sendiri bingung bagaimana kita harus mengekspresikan diri. Akhirnya, kita menjalani keseharian hidup tanpa memikirkan pentingnya mengekspresikan diri. Lalu, tanpa disadari, berbagai persoalan hidup semakin menekan dan akhirnya kita menjadi stress, depresi, cemas, dan misalnya jadi berujung menyakiti diri sendiri atau orang lain dengan perbuatan/perkataan kita. Pada dasarnya, semua kebuntuan emosi tersebut, bisa dicegah apabila kita tahu bagaimana caranya mengekspresikan emosi. Menggambar/mewarnai adalah salah satu cara untuk mengekspresikan emosi. Menggunakan kombinasi warna tertentu, membuat suatu bentuk tertentu,dan menyelesaikan suatu gambar, semuanya memberi rasa menyenangkan pada diri. Di social media yang dibuat oleh para penulis buku mewarnai tersebut, sebagian besar komentar dari mereka yang mem-posting hasil mewarnainya di sosial media tersebut berisi seputar rasa puas dan bangga bahwa mereka telah berhasil menyelesaikan gambar tersebut.  Ekspresi emosi dengan bentuk gambar dan mewarnai seperti ini adalah wujud yang positif dan sehat.

  • Gambar dan warna yang membebaskan sekaligus menenangkan
Saat menghadapi kertas, gambar, dan alat mewarnai, lalu mulai mengisi bentuk gambar dengan warna, kombinasi warna, dan seterusnya sampai selesai. Pada dasarnya kita juga belajar untuk fokus pada sesuatu. Fokus pada gambar, bentuk, warna, yang semuanya begitu mengasyikkan. Secara tidak disadari, kita melakukan meditasi. Yaitu fokus pada sesuatu, pada “here and now”, dan tidak mencemaskan berbagai hal lain. Jauh dari keruwetan pikiran. Tanpa disadari pun, kita menjadi lebih tenang, lebih rileks. Apalagi di dunia serba digital ini, fokus pada sesuatu selama beberapa waktu tanpa diganggu oleh smartphone, adalah sesuatu yang positif bagi kesejahteraan mental kita.
Dalam terapi seni, mewarnai memberi efek terapi yang menenangkan karena strukturnya sudah disediakan (berupa gambar yang sudah ada). Sehingga menjadi lebih mudah bagi kita untuk memfokuskan pikiran.

Jadi, tidak salah jika para penulis buku mewarnai tersebut menuliskan efek “anti stress”, “relaxing”, dalam judul bukunya tersebut.

Namun yang juga harus disadari/dihayati, setiap individu pada dasarnya unik dan berbeda. Ada yang merasa sangat cocok menggunakan mewarnai sebagai terapi stress nya, namun ada juga yang tidak. Ada yang malah merasa lebih stress saat menghadapi garis-garis gambar yang kaku dan sudah ditentukan seperti itu. Ada juga yang merasa cocok menggunakan alat gambar pensil warna. Namun ada yang lebih merasa pas menggunakan spidol. Ataupun cat air.

Salah satu saran yang bisa diberikan disini adalah, tujuan dari sebuah sarana terapi seni adalah untuk membantu kita mengenali diri kita juga. Jadi apabila Anda memang menyenangi sarana gambar / mewarnai ini, ada baiknya Anda juga belajar mengenali diri dalam berbagai bentuk preferensi  mewarnai tersebut, sebagai berikut :

-          Apabila Anda malah merasa stress dengan adanya garis-garis / gambar yang sudah ditentukan dalam buku mewarnai, mungkin ada baiknya Anda bukan mewarnai, namun menggambar bebas (free drawing). Ini bukan menggambar di sekolah, jadi tidak ada yang akan menilai hasil karya Anda. Tujuan terapi seni adalah ekspresi emosi, jadi gambarlah bebas sesuka Anda. Atau, boleh gunakan buku mewarnainya tersebut, namun Anda tidak harus mewarnai sesuai dengan garisnya kok, Anda bebas mewarnai sesuka Anda dalam buku mewarnai tersebut. Seunik diri Anda ingin berekspresi.

-          Apabila Anda merasa tidak nyaman dengan alat gambar yang disediakan dari buku mewarnai tersebut (pensil warna / spidol), toh tidak ada yang melarang Anda menggunakan alat mewarnai yang lain. Eksplorasilah berbagai alat mewarnai yang ada. Bisa jadi menggunakan cat air, yang memberi rasa lebih membebaskan. Mencampur warna dengan cat air juga memberikan efek yang mengasyikkan. Atau jika misalnya Anda lebih senang dengan ketrampilan motorik, Anda bisa menggunakan potongan kertas warna / manik-manik untuk  ditempel dan dijadikan kolase di buku mewarnai Anda.

-          Apabila Anda merasa nyaman dengan alat / bentuk sarana mewarnai yang ada, toh tidak ada salahnya juga untuk eksplorasi diri dengan mencoba berbagai sarana gambar yang lain. Terapi seni memiliki rentang yang sangat luas dan Anda punya kebebasan untuk mencobanya. Ingatlah bahwa tujuan dari melakukan ini semua adalah untuk kesejahteraan mental Anda sendiri. Siapa tahu malah Anda menemukan bakat seni Anda yang terpendam selama ini.

Jadi, dengan semua manfaat positif mewarnai (dan menggambar) bagi kesejahteraan mental kita, silakan mulai mewarnai  / menggambar, dan temukan keajaiban menenangkan di dalamnya!
 *****

Daftar pustaka :
Gladding, Samuel.T & Newsome, Debbie. E. “Art in Counseling” in Malchiodi, Cathy.A. (ed). 2003, “Handbook of Art Therapy”. New York : The Guilford Press.

Vick, Randy. M. “A Brief History of Art Therapy” in Malchiodi, Cathy.A. (ed). 2003, “Handbook of Art Therapy”. New York : The Guilford Press. 

(mengcopy / mengutip tanpa ijin pemilik blog, merupakan plagiarisme).