Friday, April 22, 2016

2nd cycle IVF : Frozen Embryo Transfer story

Setelah melalui fresh cycle ivf di bulan September 2015 lalu, badan saya melalui penyesuaian yang cukup lama untuk kembali back to normal. Jadi setelah mens di bulan Okt 2015 yg menandakan embryo kami gagal implant, saya tidak mens lagi sampai 12 Feb 2016. Istilahnya anovulasi. Kami berpikir ini masih wajar karena badan saya masih beradaptasi dgn habisnya efek obat2an ivf saat itu. Saya jg positive thinking saja mgkn masih efek dari suntikan Tapros 3M yg memang menghentikan siklus menstruasi untuk menjinakkan kista saya. Jadi malah ini menjadi hal yang positif. Dengan anovulasi, kista saya mengecil (terakhir usg, tinggal 2cm di sisi kiri saja). 

Kami memutuskan menunggu 1 siklus dulu, untuk kembali ke dokter meneruskan kembali ivf kami. Mens berikutnya baru datang tgl 21 Maret. Sesuai niat, di hari ke-3 mens kami datang ke Dokter Iko, krn kebetulan 2 hari sebelumnya dokter lg cuti ke aussie.

Karena masih ada 5 embryo, kami tinggal melakukan Frozen Embryo Transfer (FET) prosedur. Yang jauh lebih simple dari prosedur ivf komplit. Karena basically sekarang tinggal menyiapkan rahim saya untuk ditanam embryo2 kami ini.

Obat2an pun hanya diminum, tidak ada suntik2an sama sekali. (Thanks God!).
Mulai hari ke-3 -10 saya diberi Progynova. Semacam obat stimulasi hormon estrogen (estradiol) untuk menjaga ketebalan dinding rahim. Dosis nya ditambah per 3 hari.
Hari ke 10, saya kembali ke dr untuk cek ketebalan/kesiapan dinding rahim.  Dinding rahim saya oke dan ketebalannya sudah mencukupi yaitu 9mm. Maka dokter menjadwalkan prosedur FET di hari Rabu 6 April. Atau di hari ke-14.
Obat2an ditambah sedikit, crinone (progresterone), duphaston dan asam folat biasa. Karena kebetulan saya jg sedang batuk pilek, dokter jg resepkan antibiotik & obat batuk.

Menjemput impian di hari Rabu...

Rabu, 6 Apr 2016
Sehari sebelumnya (Selasa) masih fase galau dan moody. Karena belum ada kabar dari Klinik. Seperti ivf lalu, kami memilih menginap di hotel dekat RS supaya lebih santai. Sampai di hotel, masih galau krn belum juga ada kabar kepastian dr klinik sampai sore. "What if.." thinking mulai bermunculan. Akhirnya jam 8 malam baru dapat no hp suster yg ngurus jadwal. Saya kontak by wa dan baru liat balasannya Rabu pagi. Jadi ET jam 12 siang. Thank God udah nginep di deket RS.

Sayangnya, ternyata jam 1 kurang suster bilang Dokter Iko stuck di persiapan konvensi internasional fakultas dan saya direfer untuk ET dengan dr. Muharam. Sempet gemesh dan kzl. Tp ya sudahlah...resiko punya dokter yg juga dosen berprestasi terbaik seIndonesia.

Frozen Embryo Transfer (FET)
Dari 5 embryo yg tersisa, hanya 4 yg bertahan. Dari 4 yg frozen, saat di-thawing, hanya 3 yg cukup kualified. Embryo yang best quality adlh no.9. My number. 
Jam 13.30 ET, saya istirahat di ruang tindakan sampai jam 14.45. Berdasar pengalaman yang lalu, kali ini saya bawa ipod ke ruang tindakan, jadi saat harus berbaring 1 jam setelah ET, saya nggak mati gaya / stress sendiri. 
Setelah 1 jam berbaring, saya berpakaian dan menunggu dijemput Bru. Ini berasa banget santainya. Sementara pasien lain banyak yang memilih rawat inap, seperti sebelumnya, kami memilih menginap di hotel saja. Lebih rileks untuk kami juga. Lagipula saya sudah baca banyak dan tidak ada korelasi positif antara bedrest total setelah ET dengan tingkat keberhasilan implantasi embryo. Selama dalam 2 minggu tersebut mengurangi aktivitas dan tidak stress. 

Obat2an yg diberikan utk FET jauh lebih simple. Dan TANPA suntikan. I am so glad! Basically obatnya tidak beda dgn yg saya konsumsi sejak pertemuan dokter sebelumnya (progynova, duphaston, crinone, dan ditambah medrol untuk anti inflamasi).

Biaya untuk ET nya kemarin adalah 19 juta. Ditambah obat-obatan, ya mungkin jatuhnya sekitar 20juta. Karena kami menyimpan embryo selama 6 bulan juga, jadi juga dikenakan biaya simpan embryo.

2 week wait
Berhubung sudah nggak kerja full-time, saya lebih santai kali ini untuk menjalani 2ww. Hanya "menolak" beberapa project di bulan April saja. No regret. Karena memang kami sudah alokasikan bulan April ini untuk ivf. Jadi seperti yang lalu, saya banyak menghabiskan waktu di rumah, gak bedrest sepenuhnya. Bed and couch rest tepatnya. Masih aktivitas di dalam rumah. Masak, cuci piring, dsb. Karena saya percaya dengan badan banyak bergerak, peredaran darah ke rahim juga akan semakin lancar. Tapi memang murni hanya di rumah. Menghindari bepergian dulu yang beresiko banyak guncangan-guncangan di perjalanan. 

Ambil Raport
Setelah 2 minggu yang terasa seperti 2 tahun :) Saatnya ambil raport, alias cek beta HCG. Saya udah sempat colongan testpack 2 hari sebelumnya, dan hasilnya negatif. Walau nggak menutup kemungkinan hasil bHcg bisa berbeda. Tapi kami udah lebih realistis dan punya persiapan hati yang lebih kuat kali ini. Iya, bhcg saya masih rendah banget yang artinya belum hamil. 
Untungnya saat ambil raport ini, pasien dokter iko sedang nggak banyak, dan klinik sedang santai. Jadi kami bisa ngobrol cukup banyak dengan dokter untuk "what to do next". 

Beberapa alternatif yang kami diskusikan sama dokter juga termasuk metode untuk memastikan kualitas kromosom embryo adalah yang paling qualified. Namanya Pre Genetic Screening (PGS). Namun entah kenapa, saya kurang sreg dengan metode ini. Karena metode ini istilahnya "membuang" embryo-embryo yang kurang bagus, dan hanya menanam embryo yang bagus. Padahal bagi saya pribadi, semua embryo yang didapat dari proses ivf adalah calon babies yang memiliki hak yang sama untuk ditanam kembali ke rahim. Kecuali seperti kasus embryo kami yang memang tidak bertahan sendiri saat di-thawing setelah difrozen, itu natural selection. 
Jadi metode ini sepertinya tidak akan kami lakukan untuk next step nya. 
Ada metode lain yang akan dicoba, tapi saya juga sedang pelajari lebih lanjut karena sempat baca-baca juga. Yaitu melakukan scratching (membuat guratan-guratan) di dinding rahim sebelum ET. Sehingga akan membantu embryo untuk memudahkan menempel. I will update all about it later. :) 

Oya, intinya ketidakberhasilan sebuah proses ivf adalah sesuatu yang "nothing to blame about". Tidak ada yang bisa disalahkan. Faktor X. Karena pada dasarnya embryo kami bagus. Dan dinding rahim saya bagus. 2 aspek itu adalah penentunya : kualitas embryo dan dinding rahim. 
Jadi artinya memang kami masih harus menunggu lagi. 

Saya juga mendapat banyak informasi obyektif mengenai berbagai hal seputar ivf dari blog seorang dokter dari India yang sangat informatif. Saya senang banget bacanya karena no judgement. Forum-forum lebih banyak berisi curhatan (dan emang cocok untuk curhat). Tapi di blog ini saya belajar banyak tentang seluruh proses yang kami lalui ini. Ini link nya : http://blog.drmalpani.com/2012/09/the-x-factor-in-ivf.html

We're okay. Hati kami sudah diselimuti kekuatan luar biasa. Tidak lagi mudah pecah berkeping-keping :). We already have many plans ahead.  
Yang pasti kami nggak akan berhenti berusaha. Karena kami percaya, God helps those who help themselves. 

Thanks for reading :)

xoxo