Friday, October 9, 2015

Sharing about our IVF experience

Oya, sebelumnya, my previous post on the whole ivf process until 2 week wait, ada di link Our IVF Journey.

Senin 5 Oktober adalah "bagi raport" pertama dari hasil ET kami. I've been pregnant before, dan kali ini rasanya beda. Tapi kami tetap positive thinking.
Hasilnya cukup heartbreaking karena kadar hormon HCG saya kurang bagus (masih meragukan), tapi progesterone cukup tinggi. Karena itu dokter minta kami menunggu 5 hari dulu, lalu cek lagi. Semoga HCG nya naik. HCG ini adalah indikasi adanya plasenta yang terbentuk dari implantasi embryo di dinding rahim. Progesteron adalah indikasi tersedia cukupnya 'makanan' bagi si embryo. 

Setelah pembagian raport pertama itu, fase heartbreaking yang cukup berat bagi kami. Siapapun yang menjalani proses TTC (try to conceive) seperti kami, pasti sudah sangat familiar dengan heart broken. Saya bilang ke Bru, patah hatinya setelah nikah, jauh lebih menyayat hati dibanding semua patah hati dari semua mantan pacar - diakumulasi jadi satu.  
Heartbroken setelah ivf cukup berat. Rasanya seperti waktu miscarriage, bedanya kali ini ada harapan yang jauh lebih besar. 
Saya menghabiskan 2-3 hari untuk nangis dan nangis aja. Hari ke-3 saya mulai menata lagi hati saya dan mulai bikin rencana-rencana baru. 
Jumat 9 Oktober ini adalah 'bagi raport' kedua. Tapi deep inside, kami udah tahu hasilnya, even sebelum kami buka hasil lab nya. Kali ini hanya silent tears saja dan kami udah bisa lebih move on. 

Saya mau share beberapa hal yang menurut saya worth to be shared untuk proses ivf ini :

1. Big Faith
Kami (mewakili semua orang dengan fertility problem) sudah sangat terbiasa dengan mencoba dan gagal. Fase TTC yang saya alami sudah cukup komplit. Ask me any method, i will nod and say yes. Obat2an, IUF (insem), HSG (3 times), laparoskopi. Pengobatan alternatif? yes, ask me any place pengobatan alternatif, dari yang berbau ilmiah sampai klenik. 
Tujuan kami mencoba segala cara, ya karena kami berkomitmen untuk menghadirkan buah hati di keluarga. Hidup hanya sekali, dan kesempatan mungkin gak datang dua kali, jadi kami nggak bisa diam saja nggak mencoba apapun atau hanya pasrah saja sama keadaan. 
Tapi mental yang sudah terbentuk dari seluruh TTC ini, harus lebih disiapkan lagi untuk IVF. Seperti yang saya ceritakan, IVF ini bisa dibilang puncak proses TTC. Fase tercanggih dari dunia medis yang ada saat ini. Jadi, saat masuk ke suatu siklus IVF, harapan pasti sangat besar. Keep the faith sebaik mungkin. Faith that helps us bounce back everytime. Kalau iman sebesar biji sesawi saja bisa menggoyahkan gunung, iman sebesar yang dimiliki para TTC couple akan bisa menggoyahkan dunia. :)

2. Siapkan dana. 
IVF adalah prosedur canggih dengan peralatan medis tingkat tinggi dan obat-obatan kelas berat. Untuk seluruh full cycle kami kemarin, kami menghabiskan dana sekitar 80 - 100 juta. Siapkan dana sebaik mungkin, jangan kaget dengan berbagai pengeluaran besar itu. Kalau biasa berobat ke dokter cuma keluar uang paling besar 300rb, harus siap untuk setiap kali kontrol IVF keluar uang 9 jutaan. Dan di Indonesia, sayangnya prosedur IVF belum dicover oleh asuransi. Jadi memang harus siap dana. 
Dan bagi kami yang terpenting, we never regret anything on every TTC expenses yang sudah kami keluarkan. Walau ivf kami gagal, we have no regret AT ALL dalam bidang biaya. Jadi, siapkan dana. Siapkan back up dana. Intinya siapkan dana dan jangan terlalu mikirin dananya. Ingat the main purpose dan berbagai hal yang nggak ternilai dengan uang. It is a process that worth to try. No regret. 

3. Family support.
We keep the news di keluarga inti saja. Tapi ini perlu karena orang tua harus tahu juga apa yang akan dijalani anaknya. Dan honestly, rasanya senang dan tenang, saat lagi terhuyung keluar dari ruang OPU atau ET dan melihat bapak dan ibu saya ikut nungguin disitu. Senang juga saat 2 week wait dapat kiriman makanan dari mertua dan orang tua.Senang juga saat 2ww ditemani oleh orang tua atau mertua. Kebetulan dalam 2 ww kami, orang tua saya ziarah ke Yerusalem, Betlehem dan sekitarnya. Rasanya juga menenangkan, karena rasanya kekuatan doa pendukung kami semakin besar. 

4. Enjoy the proses. 
Semua TTC fighters menurut saya adalah para pejuang. Aura ruang tunggu klinik IVF beda dengan ruang tunggu klinik biasa. Karena isinya orang-orang yg dengan their own struggle, willing to try, not afraid to fail and having BIG FAITH. Ngobrol dengan teman-teman baru di ruang tunggu klinik selalu amazing. Pengalamannya beda-beda, perjuangannya macem-macem. 
Saya sendiri menjalani seluruh proses dengan tenang dan enjoy. Build good relationship dengan dokter. Find the chemistry. Karena gimanapun, dalam TTC ini, gak hanya ada saya & pasangan, tapi juga ada si dokter yang akan membantu. Jadi kami sendiri merasa saat sudah ada chemistry dengan si dokter, kami yakin untuk jadi satu tim jalani IVF ini. Kebetulan dokter saya ini orangnya santai, hangat dan pintar. Jadi saya percaya dia akan membantu kami mencapai tujuan kami. 

5. Elevate the pain tolerance
TTC fighters pasti juga sudah biasa dengan rasa sakit / pain. Hampir semua prosedur TTC itu gak enak. Apalagi IVF. Saya bukan orang yg cengeng terhadap rasa sakit, setelah lewati proses ivf ini, pain tolerance saya makin tinggi. Saya makin familiar dengan jarum suntik (iyalah, tiap hari nyuntik 3 suntikan sendiri), familiar dengan darah, alat pembuka serviks, usg transv (ini mah cemen), prosedur bius, ruang operasi, dsb. Belum lagi dengan berbagai dampak dari obat2an yang masuk ke tubuh kita. Rasanya sangat gak nyaman. Saya belajar dan makin terlatih punya pain tolerance yang tinggi, gak ngeluh dan gak cengeng dengan berbagai rasa sakit itu. Bru yang berkali-kali bilang dia kagum melihat ketegaran saya dengan berbagai prosedur medis itu. Karena dia melihat jarum suntik aja udah lemes duluan :)

6. Keep updated
Saya banyak mencari tahu tentang prosedur  IVF dan jenis-jenis obat yang saya konsumsi dan dampaknya. Saya banyak browse di blog/web/forum-forum dari luar negeri. Karena menurut saya, info nya lebih lengkap dan edukatif. Jenis obat-obatannya pun lebih similar dengan yg saya pakai. Jadi, saya lebih familiar dengan berbagai istilah IVF dari luar negeri, seperti : BFP, BFP, AF, DH, dsb. Blog/web/forum di indonesia belum selengkap dan se-edukatif itu. Tapi sesekali juga saya blogrolling di situs-situs lokal.

7. Siapkan fisik
Ini mungkin yg sering terlupakan. Tapi sepanjang proses TTC kami selama 5 tahun terakhir ini, kami benar-benar menjaga intake makanan sesehat mungkin. Sebisa mungkin clean eating. Menjauhi junk food, soda, dan berbagai hal yang gak sehat. Banyak yang mencibir melihat intake makanan kami yang (hampir selalu) sehat. Tapi, bagi saya, ini penting. We eat good, for a BIG reason. Yang saya rasakan, badan saya selalu fit dan jarang sakit. Karena dalam ivf, usahakan kondisi badan benar-benar prima. Yang saya rasakan juga, badan saya menjadi kooperatif dengan berbagai obat-obatan kimia yang masuk ke badan sepanjang proses ini. Gak terjadi komplikasi atau efek samping dari obat-obatan itu. (kalau baca-baca, banyak yang mengalami komplikasi dari berbagai obat-obatan sepanjang ivf, dan saya cukup bersyukur siklus ivf ini bisa saya jalani dengan kondisi tubuh yang tetap fit). 

I will update more things later on. 
Kami akan mencoba another cycle of IVF dalam sebulan / 2 bulan ke depan. 
Semoga kali ini, the faith will bring down the angels from their playground in Heaven and they willing to live in our family. 




xoxo

Thursday, October 1, 2015

our IVF journey

Perjalanan TTC kami 5 tahun ini, akhirnya sampai di tahap IVF (in vitro fertilization). Bagi kami, IVF adalah puncak dan tahap ter-mutakhir dari perjalanan TTC kami yang sudah bertahun-tahun dengan mengalami berbagai metode medis maupun alternatif ini.

Saya akan ceritakan se-sistematis mungkin proses nya, semoga infonya berguna:


1. Suntik Tapros 3M


Jumat 7 Agustus 2015, kami kembali ke Dokter Budi Wiweko di Klinik Yasmin RSCM Kencana setelah pertemuan terakhir adalah saat insem, awal 2013. (dan sebelumnya laparoskopi kista endometriosis saya dengan beliau juga).
Perjalanan menuju RSCM semacam dilancarkan oleh Tuhan.
Sampai RSCM on time, nunggu 5 menit, langsung masuk ke ruang dokter. 


Ketemu Dokter, friendly & energizing as always. Biasa, langsung usg transv. Dokter bilang kondisinya bagus, kondisi telur bagus dan banyak. Puji Tuhan.. tapi memang kista endo nya kembali lagi. Ukuran 3cm di indung kanan. (still thanks God)

Saya langsung diskusi untuk ivf. Dokter mendukung. 
Dokter langsung resepkan Tapros 3M. Suntikan Tapros akan menjinakkan si kista yang ternyata tumbuh lagi (walau hanya di satu indung telur). Tapros ini akan membuat saya tidak mens (gak siklus) selama 3 bulan. Dalam 3 bulan ini, akan dilakulan prosedur ivfnya.
That's a big step. Dan saya sendirian di ruang dokter, Bru blm nyampe juga. Saya minta waktu diskusi dulu. Dokter oke. Resep Tapros tetap diberikan. 


Bru datang, sebelumnya dia telp gak dpt parkir, karena seperti biasa parkiran RSCM Kencana selalu penuh, tp pas selesai telp itu, mobil di depannya keluar, jadi dia bs langsung parkir. We thought it was also God's way.
Kami diskusi panjang lebar tentang rencana ini. Di sofa ruang tunggu yg udah kosong. Actually, menyenangkan ke dokter di weekdays gini krn sepi dan gak stresful dgn antrian.


Setelah diskusi, kami memutuskan untuk jalani proses.
Lalu suster yg sangat baik dan manis, menyuntikkan Tapros ke perut saya. Here we go..


I dont know what will happen next. But i believe, my body will be cooperative. Kami happy dan senang aja selama proses kemarin itu. Semoga happiness dan suasana ini tetap terjaga sepanjang proses. Karena at the end, all result are in God's hands. 
And we are so ready..


2. Suntik Gonal-F
Jumat 4 Sept 2015, balik lg ke dokter untuk memulai siklus ivf. Sekalian mulai memperhitungkan tanggal untuk cuti, karena saya memang rencana cuti panjang (+/- 3 minggu selama proses ivf).
Tahap awal adalah membesarkan telur, dgn Gonal F. Saya udah pernah menyuntik Gonal F waktu insem 2 tahun lalu. Tp ternyata dosis insem & ivf beda. Waktu insem, dosisnya hanya 75. Untuk ivf 300. Wow, 4 kali lipat yaaa. Tujuannya memang beda. Waktu insem hanya untuk membesarkan sel telur manapun yg akan ovulasi. Sementara di ivf, tujuannya membesarkan sel telur sebanyak2nya untuk dipanen. Jadi bukan  untuk ovulasi. Toh, secara logika, saya jg masih dibawah pengaruh Tapros 3M sehingga gak mungkin ovulasi. 
Geez, just wondering nowadays my body is under those creepy medicine. Siklus badan saya dikendalikan oleh obat2an.


Overall, kali ini saya merasa lebih santai aja untuk ivf ini. Gak ngoyo dan stres seperti beberapa tahun lalu.


Gonal F disuntikkan selama 10 hari. Di hari ke-5 kontrol lagi utk usg, melihat sejauh mana perkembangan sel telurnya. 


Di hari ke-5 ternyata ukuran telur saya belum sebesar yang diharapkan, jadi dokter menambah dosis Gonal F menjadi 375. 

Di hari 6 mulai ditambah suntik Saizen (utk growth hormone). Lalu hari 8 ditambah suntik Luveris (utk hormone LH). 
Semua suntiknya sendiri, setiap hari, di perut. Jadi tiap hari saya bawa perlengkapan obat2an & suntikan ke kantor, semua disimpan di kulkas kantor. Jangan dibayangkan seperti apa berbagai bekas luka jarum suntik di perut saya...
Ini dosis sekali suntiknya. Quite challenging rasanya. Apalagi semakin lama dosisnya ditambah. Ada momen dimana rasanya udah nggak kuat nyuntik perut sendiri lagi, tapi harus dikuat-kuatin. 

Selama proses pembesaran ovum ini, 2 hari sekali harus kontrol ke dokter untuk melihat ukuran telurnya. Puji Tuhan telur saya mencapai ukuran yang diharapkan untuk proses ivf (20 mm) dan jumlahnya pun banyak. 

3. Ovum Pick Up (OPU)
18 Sept 2015, jadwal saya ovum pick up (opu). Hasil usg terakhir, telur saya banyak dan besarnya sudah lebih dr 20mm. Dua hari lalu suntik ovidrel untuk merangsang ovulasi.
Beberapa hari terakhir, selain perut tambah begah, payudara juga bengkak dan sakit. 
Sesuai jadwal, saya harus puasa dr jam 12 malam karena OPU jam 7.30 pagi. Harus puasa karena OPU prosedurnya mirip operasi kecil dengan bius total. Jadi juga didahului dengan konsul sama dokter anestesi, cek darah lengkap, dsb. 


Supaya santai, kami nginep di hotel dekat RS jadi pagi nggak stres di jalan.

Proses OPU sendiri singkat. Jam 7.15 masuk ke ruang OPU, lalu disuntik bius. Baru sadar di ruang recovery ada suster dan dokter. Setengah sadar, saya tanya ke dokter, dapat berapa telur dok? Dokter jawab, masih ngantuk ya bu? Dpt 14. Puji Tuhan dapat banyak telur dan cukup. 
Sekarang tugasnya para embriologist untuk menyatukan sperma dan ovum, menjadi embryo. Dan memantau perkembangan embryo kami setiap hari. 

4. Embryo Transfer (ET)


Senin 21 Sept 2015, kami dapat sms dr klinik yasmin untuk ET jam 2 siang. Padahal tadinya rencana besok selasa di hari ke5. Tapi mungkin menurut embriologist, proses pembelahan embryo nya sudah cukup bagus untuk dilakukan ET. 
Anyway, langsung siapin perlengkapan untuk nginep di hotel 3 hari. Saya memutuskan tidak rawat inap, banyak pasien ET lain yg langsung rawat inap. Tapi suasana di kamar RS malah bikin stres, jadi saya memilih istirahatnya di hotel saja. (lebih murah pula di hotel daripada di kamar RS ;p)
Sampai RS, disiapin makan siang, lalu nunggu dokter datang. Nahan pipis dr jam 2an, baru mulai masuk ruang tindakan jam 16.30. Prosedur ET tidak perlu bius, tapi karena usg nya dilakukan di perut, maka jumlah cairan di perut harus banyak supaya usg nya bisa terlihat dengan jelas. Makanya harus minum banyak dan menahan pipis 30 menit sebelum ET dimulai. 


Sebelumnya, dokter menunjukkan power point foto2 embryo kami. Very professional & informative.
Dari 14 sel telur, yang berhasil menjadi embryo ada 10. 7 di antaranya membelah dengan baik. Dipilih 2 untuk ditanam hari ini, 5 sisanya di frozen.


Proses ET sendiri cuma beberapa menit. Gak sakit sama sekali. Dan sangat informatif, sebelum embryo diambil dari lab di sebelah, saya bisa lihat dari layar TV besar di ruang tindakan bahwa 2 embryo nya diambil oleh embriologist, lalu diberikan ke dokter. 
Sepanjang proses pun saya bisa lihat dari layar usg. 
Setelah embryo ditanam di dinding rahim, saya diminta berbaring di ruang tindakan sekitar 1 jam, lalu boleh pulang. 
Sampai disini semua proses dilanjutkan dengan kekuatan doa. Intervensi medis basically sudah selesai. Proses implantasi si embryo semua tergantung dari kehendak Tuhan. 

Saya bersantai-santai di hotel selama 3 hari, lalu pulang ke rumah dan menghabiskan cuti sampai selesai seluruh proses 2 week wait nya. 


Now, 2 week wait.. hopefully our peanuts grow and stay healthy inside my womb..
Dalam 2 week wait ini, saya masih harus suntik Lovernox di perut setiap hari, obat ini membantu implantansi embryo. Lalu 2 hari sekali juga harus suntik Pregnyl di bokong dan masih ada berbagai obat2an yg harus diminum. Jadi 2 hari sekali saya ke klinik 24 jam di deket rumah untuk minta disuntikkan Pregnyl. 
Proses 2 week wait dan hasilnya, akan saya share berikutnya.


xoxo