Thursday, June 23, 2016

Wibowo's 3rd Bali Trip : RoadTrip Bali Timur

Bulan Juni 2016 ini kami liburan ke Bali (lagi). Ini adalah trip ke Bali kami yang ke3 sebagai pasangan, diluar trip sendiri-sendiri urusan kerjaan. Bali adalah lokasi wisata yg menurut saya selalu ngangenin. Dan banyak sekali yg bisa dieksplore di pulau yg indah ini.

Wibowo's 1st Bali Trip : di tahun pertama nikah, masih aura honeymoon, masih cupu banget, belum ngerti pahit-manisnya dunia pernikahan :) Our 1st trip sebagai pasangan. Jadi ke Bali juga nginepnya masih di seputar Kuta (mainstream banget yaa), keliling masih sewa mobil+supir (merangkap tour guide). Perginya pun ke tempat-tempat wisata standar : tanah lot, kuta, sanur, goa gajah, sangeh, kintamani, dsb. Beberapa tempat yg udah pernah saya kunjungi dari jaman kecil pergi ke Bali sama keluarga.

Wibowo's 2nd Bali Trip : kali ini kami nginep beberapa hari di Ubud. Di homestay kecil di gang di dalam Ubud. Merasakan suasana Ubud yg sebenarnya. Lalu lanjut juga nginep sehari di Nusadua, melihat pertunjukan tari kecak yg keren banget pas sunset di Uluwatu, juga ke GWK. Dan main-main airnya cuma di area Benoa.

Nah, 3rd Bali Trip ini, seperti trip kami biasanya, direncanakan secara mendadak (H-1bulan). Karena semacam jadi 'tradisi' kami, setiap bulan puasa, kami travelling. Karena biasanya di bulan puasa load kerjaan lebih ringan dan tempat wisata tidak serame saat liburan/peak season.

Kali ini kami berencana road trip. Jadi hanya sewa mobil dan nyetir sendiri. Daerah yang kami ingin kunjungi juga jauh dari pusat kota. Kami berencana ke Bali Timur dan sekitarnya.

Day 1.
Karena alasan ekonomis dan ternyata harga tiket pesawat udah masuk ke peak season liburan sekolah, untuk pertama kali setelah bertahun-tahun, untuk berangkatnya kami naik maskapai L Air yg terkenal delay nya itu. Tapi Thanks God, flight on time dan smooth.
Sampai di Bandara Ngurah Rai janjian dengan orang car-rental untuk serah terima mobil. Saat deal pesan mobil dengan pemiliknya, saya memang bilang ingin mobil yang kecil saja untuk 2 orang. Jadi nggak perlu sewa MPV / semacamnya yang harganya lebih mahal.
Tapi...jangan membayangkan kalau kami menjalani roadtrip macam Rangga-Cinta yg naik jeep maskulin itu. Karena, kami sendiri kaget banget pas di parkiran bandara, menjumpai mobil yg kami sewa ternyata adalah mobil mungil ini yang berwarna pink! :) :)

The Pinky Car yg kami naiki untuk roadtrip ratusan KM ini :) 

Seluruh roadtrip kami ini dipandu oleh google map saja. Jadi hubby nyetir dan saya jadi navigator yang mengarahkan rutenya.
Selepas dari bandara, kami langsung menuju utara, lewat tol laut Mandara, lanjut ke Bypass Ngurah Rai, lalu masuk ke Jalan Ida Bagus Mantra yang panjaaang sekali menuju keluar kota.
Karena udah jam 12an, kami sekalian mencari restoran untuk makan siang di sepanjang jalan Ida Bagus Mantra. Tapi karena jalan ini adalah jalan keluar kota, yang lewat kebanyakan adalah truk-truk besar, jadi jarang ada daerah kuliner. Karena ingat kata Mas Rangga :) kalau travelling harus siap dengan kejutan-kejutan yang ada di sepanjang jalan. Jadi kami menikmati aja serunya laper dan cari restoran sepanjang jalan ini.
Lalu kami melihat resto Lawar Bali Kartika ini di pinggir jalan, cukup rame (ada beberapa mobil parkir). Kami nyobain lawar babi dan sapi disini. Porsinya besar banget, daging dan berbagai jenis protein daging-dagingan nya lengkap dalam seporsi. Untuk makan berdua disini, sampai kekenyangan, cuma bayar 54rb!

Lawar Bali Kartika - kejutan menyenangkan, lezat dan murah!

Kami lanjut menyusuri Jl Ida Bagus Mantra ke utara. Sekitar 1,5 jam kemudian dengan jalan berkelok-kelok naik turun bukit, kami sampai di daerah Candidasa, Karangasem.
Saya sudah booking di Relax Beach Resort Candidasa. Candidasa ini adalah daerah tourism yg tidak terlalu ramai. Cocok untuk mencari ketenangan dan menikmati pantai yg terasa 'privat'. Pusat tourism nya hanya di sepanjang jalan Candidasa ini, sekitar 1 km saja. Jadi di sepanjang jalan Candidasa ini ada berbagai restoran / cafe di kiri / kanan jalan, lengkap dengan minimarket dan berbagai hotel/resort. Suasanya mirip jalan utama Ubud, tapi tidak serame Ubud.
Jadi karena pusat keramaian hanya di jalan Candidasa ini, sebelum jalan ini dan setelah jalan ini, kembali terasa seperti jalan luar kota yg sepi dan berkelok-kelok.

Resort tempat kami menginap, sederhana tapi sangat memuaskan. Gak salah kalau rekomendasi dari booking.com beri rating 8.2 untuk tempat ini. Hanya ada 10 cottage disini, lengkap dengan kolam renang dan langsung berbatasan dengan pantai Candidasa di depannya.
Kami dapat cottage yg di depan, dekat dengan kolam renang dan pantai. Jadi begitu keluar kamar, langsung kolam renang dan suara deru ombak yang seru banget sepanjang hari/malam.
Cottagenya oke banget. Worth the money. Very recommended. BerAC, bersih, nyaman dan nuansa Bali banget. Kamar mandi nya luas, tapi nggak berpintu, jadi untuk traveller yg nggak nyaman sharing kegiatan kamar mandi sama room mate / pasangannya, mending jangan nginep disini :)

Resortnya tampak depan

Kolam renang yg keren di sisi pantai

Small & cozy resort

Cottagenya yg privat

Cozy bedroom, berasa jadi Khalessi kalau kata hubby :) 


Oya, karena memang tempat ini semacam tempat 'menyepi', di kamar juga nggak ada tv ya. Tapi sinyal HP dan wifi hotel sangat memuaskan.
Sore pertama disitu hujan deras, jadi saat malamnya kami jalan kaki keluar hotel untuk makan malam, di sepanjang jalan Candidasa itu sepi. Hanya ada beberapa bule-bule yang jalan kaki menyusuri juga. Ada beberapa resto/bar yang dipenuhi oleh bule-bule.  Kami makan di resto Aswata. Seperti kebanyakan resto western lain di area Bali, harganya cukup mahal tapi worth the money karena porsinya besar. Recommended. Set menunya lengkap dari appetizer (sup), main dish dan dessert. Bahkan salad nya pun juga porsi besar.

Pantai Candidasa juga terkenal dengan keindahan sunrise dan sunsetnya. Jadi seharusnya bisa kebagian sunrise dan sunset disini. Sayangnya selama kami disana, setiap sore dan pagi selalu mendung tebal. Langit baru cerah sekitar jam 9 - 3 sore. Jadi kami nggak kebagian indahnya sunrise & sunset sama sekali di Candidasa :(

Day 2.
Paginya kami jalan-jalan di Pantai Candidasa belakang hotel. Memang pantai candidasa berombak besar, dan tidak ada space berpasir yg luas. Kebanyakan berbatu dan karang. Jadi kurang cocok untuk leyeh-leyeh di pantai. Makanya banyak hotel yang menyediakan kolam renang yg view ke laut yg bagus untuk turis leyeh-leyehnya dari hotel saja.

Pantai Candidasa di area belakang hotel - Gubuk kecil sebelah kanan itu biasa dipakai untuk spa/pijet dari hotel
Breakfast diantar ke teras kamar. Breakfastnya sederhana, hanya ada 2 set menu  utama : egg atau pancake. Lengkap dengan minuman panas seteko besar dan sepiring besar buah-buahan. Jadi porsinya pun sangat besar dan mengenyangkan.

Lalu kami mulai trip ke Lotus Lagoon di Candidasa, yang jaraknya hanya sekitar 500m dari hotel. Sayangnya, lotus/bunga teratainya sedang gak terlalu penuh di danau itu. Kami juga ke pura di seberangnya Lotus Lagoon itu. Pura ini dari abad ke 16-17. Ada tangga yg sangat tinggi menuju puncak pura. Kami naik tangga sampai ke puncak pura.


Lotus Lagoon dan Candidasa beach dilihat dari atas pura diseberangnya

Lalu kami lanjut bermobil ke utara, menuju Virgin Beach. Untuk ke Virgin Beach, mobil hanya bisa sampai di parkiran. Selebihnya harus berjalan kaki sekitar 600meter di area hutan menuju pantai. Makanya memang disebut Virgin Beach. Saat kami ke sana, ada turis-turis asing yg juga sedang jalan kaki menuju pantai. Pantainya indah banget, pasir putih, lautnya biru kehijauan. Bersih banget. Dan tidak rame. Saat kami kesana, paling hanya ada sekitar 30an turis yg di pantai itu.
Di pinggir pantai juga banyak cafe-cafe dengan tempat istirahat warna-warninya.

Kalau Pantai Senggigi di Lombok masuk top 10 best beach in the world, menurut saya, Virgin Beach cukup bisa menandingi nya. Bedanya, Senggigi pantai yg luas, jadi lebih mudah dikomersialisasi. Saat ke Lombok bbrp tahun lalu, kami juga nginap di Pantai Senggigi. Tapi entah kenapa, indahnya Virgin Beach ini rasanya beda. Virgin Beach ini panjangnya hanya sekitar 600 meter-an. Jadi memang secluded beach dan belum komersil dengan penginapan/hotel di sekitarnya.

Virgin Beach - pasir putih, bersih, tenang

Virgin beach

Virgin beach - pasir putih, bersih, tenang
Dari Virgin Beach kami lanjut ke utara, menuju Chocolate Factory. Sempat kesasar oleh google map, akhirnya setelah nanya-nanya, ketemu juga tempatnya. Lokasinya di tepi Pantai Jasri. Di daerah ini ada beberapa rumah besar untuk homestay juga. Yang unik dari Chocolate Factory sebenarnya adalah bentuk bangunannya yg unik. Karena sayangnya saat kesana, sedang tidak produksi coklat. Jadi kami cuma minum coklat hangat yg dijual di cafenya saja.

Chocolate Factory 

Lalu kami lanjut ke utara, masuk ke kota Amlapura (ibukota Karangasem). Mulai masuk ke suasana 'kota'. Cari-cari makan siang, akhirnya ketemu juga Rumah Makan Pondok Mina, yang cukup direkomendasikan di area Karangasem. Kami makan pepes gurame yang enaaaak banget. walau pedas :)
Resto Pondok Mina Karangasem - pepes gurame nya enyaak...+ pedas!

Lanjut lagi ke Utara, dapat kejutan lain yg indah di trip ini yaitu Tirtagangga Water Palace. Kami berhenti dan masuk kesitu. Cukup rame dikunjungi turis asing & lokal. Jadi Istana Air ini memang dulunya milik kerajaan Karangasem. Istana air Tirtagangga ini berupa labirin kolam, air mancur dan air yang selalu mengalir dimana2. Airnya berasal dari mata air disini juga dan menurut penjaganya, di tiap kolam ada mata airnya sendiri. Dikelilingi taman rimbun dan patung2. Kolamnya banyak, air jernih banget dan penuh dengan ikan mas yang guede-guede banget. Ikan mas terbesar yg pernah saya lihat. Ada tempat untuk kita bisa 'jalan' di atas air juga. Suasananya sejuk dan indah. Tapi air dari tiap kolam juga mengalir ke kolam-kolam lain. Jadi di semua kolam airnya mengalir. Juga ada area kolam untuk mandi/berenang.

Tirtagangga Water Palace yang indah dan menyejukkan 


Pancuran-pancuran di Tirtagangga

Water hopping stepping stones yang keren

Walau sudah cukup sore, kami lanjut lagi ke Utara karena penasaran dengan Rumah Pohon di Desa Tulamben. Ternyata masih cukup jauh dari Karangasem, sekitar 1 jam perjalanan yg liku-liku. Dari jalan utama masuk ke desa Tulamben nya pun masih jauh dan berliku-liku. Desa Tulamben ini desa yg sederhana dan cukup gersang. Keliatan dari kebun-kebun desa yang mengering. Sepertinya masih jarang turun hujan disini.
Setelah melalui jalan yg lumayan jelek dan naik turun terjal, sampai juga di Rumah Pohon. Menurut saya, agak mengecewakan sih (setelah perjalanan jauh yg dilalui). Jadi Rumah Pohon ini sebenarnya adalah rumah tinggal yang secara desain memang sangat menarik dan areanya luas. Dibuka untuk wisata. Di bagian tengahnya ada semacam 'candi' batu yg terbuat dari batu semen bulat-bulat. Lalu juga ada beberapa rumah untuk yang di atas pohon. Juga ada beberapa hewan-hewan peliharan si pemilik yg dilepas di area itu, seperti burung merak, kambing, burung elang, monyet, anjing, dll.

Candi batu buatan di Rumah Pohon desa Tulamben
Rumah Pohon yang udah beda dr gambar yang kami lihat sebelumnya, udah diperbesar jadi kurang unik bentuknya

Dari rumah pohon sudah sangat sore, kami kembali ke Selatan untuk ke Candidasa lagi. Sekitar 1,5 jam perjalanan sampai Candidasa. Karena sudah capek, kami beli makan malam dibungkus dari Warung Jepun di dekat hotel. Seperti kebanyakan resto/warung di Bali, harganya rata-rata sama baik di cafe/resto/warung, menunya juga biasanya ada babinya. Jadi walau namanya warung, namun seporsi makanan harganya minimal 35rb, sama seperti di resto/cafe. Lagi-lagi dapat porsi yang sangat besar sekali, untuk babi asam manis dan sate babi :) Kami makan malam di teras kamar sambil istirahat.

Day 3
Sekitar jam 10, kami checkout dari hotel di Candidasa. Kami sangat senang banget di hotel ini. Suasananya luar biasa menyenangkan dan menenangkan. Bangun pagi dengan suara debur ombak dan kicau burung-burung. Cuma beberapa langkah ke kolam renang dan pantai. Sarapan yg lezat. We left our hearts here :) Sampai hubby bilang, dia mau jadi nelayan di Candidasa aja :)

Road trip kami hari ini adalah menuju Bali Selatan. Di daerah Pelabuhan Padang Bai, kami mampir ke Pantai Blue Lagoon. Untuk parkir mobil lebih dekat ke pantai, tidak harus jalan jauh seperti di virgin beach. Airnya disini biru kehijauan indah sekali. Pantainya sempit dan sepi, tapi agak kotor, dan hanya ada beberapa turis disini. Kebanyakan memang memilih menyebrang naik perahu dan snorkeling.

Blue Lagoon dari bukitnya

Lalu kami balik ke jalur utama, menuju selatan, ke Denpasar untuk bertemu kerabat yg tinggal di Denpasar.

Kami menginap di daerah Seminyak, Destiny Boutique Hotel. Setelah beberapa hari tinggal di daerah yang jauh dari keramaian, begitu masuk ke area Seminyak, terasa sekali crowded nya :) Hotel kami pun walaupun namanya boutique hotel, tapi ya ternyata seperti hotel kebanyakan saja. Memang dekorasi interiornya cukup unik selayaknya boutique hotel. Cukup nyaman, spacious, kolam renang nyaman. Terletak di Jl Drupadi, bagian dalam Seminyak. Dari hotel ke pantai juga cukup jalan kaki sekitar 7 menit. Oya, rekomendasi dari booking.com adalah 8,4 untuk hotel ini.

Kolam renang di Destiny Boutique Hotel

Sorenya kami jalan kaki ke pantai Seminyak. Tapi sayangnya sudah beberapa hari setiap sore selalu mendung, jadi nggak kebagian sunset. Pantai Seminyak seperti juga pantai-pantai pusat tourism di Bali, rame dan crowded. Pasirnya pun hitam, beda dengan Virgin Beach yg berpasir putih dan airnya jernih.
Pantai Seminyak - pasirnya gelap dan rame banget

Malamnya, kami makan malam di Lao Ta Sunset Road. Tradisi setiap ke Bali adalah makan bubur Lao Ta yang enaaak banget :)
Lalu mengunjungi kerabat di Denpasar sampai malam.

Day 4
Sarapan pagi di cafe breakfast kecil dekat hotel.
Lalu sekitar jam 10 check out hotel dan menuju Bandara. Mampir sebentar di toko oleh-oleh Krisna di Jl. Kuta.

Lalu...si pinky, mobil kecil yg udah tua ini (dr STNK nya ketauan mobil ini keluaran tahun 2007!), yang selama 4 hari ini sudah menemani kami roadtrip sekitar 250 km, tiba-tiba...di parkiran bandara, pinky terbatuk-batuk dan keluar asap dari mesinnya! Untung masih bisa sempat diparkirkan di tempat parkir yg layak. Lalu serah terima dengan orang rental mobil di parkiran dan kami jelaskan bahwa ada masalah di mesinnya. Kami bersyukur banget si pinky gak bermasalah di sepanjang jalan, dan benar-benar pas di parkiran bandara saja dia rusak :)

Kami pulang dengan maskapai C yg mendarat di bandara Halim. Flight sangat ontime & smooth, bahkan kami sampai lari-lari karena saat udah lastcall, kami masih antri beli nasi goreng :) Sampai di Halim pun lebih cepat 15 menit dari jadwal.

Budget travelling :
- Tiket pesawat PP (2 orang) : 3 juta
- Hotel 3 malam : 1,5 juta
- Sewa mobil lepas kunci 3 hari + bensin : 700 rb
- Makan (2 orang) 4 hari : 1 juta (dengan hitung kasar setiap kali makan @100rb/2 orang)
Jadi total biaya travelling kami kali ini masih < 7jt :)

You can always make money, but you can't always make memories :) :)


xoxo


Monday, June 6, 2016

Staycation : Quick Refreshment for Body & Mind

Sejak tinggal di luar Jakarta (a.k.a Bogor area), saya & suami sudah beberapa kali staycation di Jakarta & sekitarnya. Pertimbangan utama staycation adalah pengen liburan praktis, singkat, ekonomis dan yang pasti merasakan suasana baru. Yang terakhir itu sih biasanya jadi motivasi utamanya, pengen merasakan suasana baru karena lagi jenuh dengan suasana yg ada. Dan kenapa praktis, karena staycation cukup dilakukan pas weekend, 2 hari 1 malam. Cukup banget untuk bikin refresh lagi. Suasana beda juga karena di staycation, malamnya nginap di hotel (nggak pulang ke rumah), jadi ada merasa 'jauh dari rumah', walau sebenarnya jarak ke rumah juga hanya sekitar 1 jam perjalanan :).

Kami pernah staycation di area Jakarta Utara (daerah Kota dan sekitarnya) karena waktu itu sekalian ke Pulau Seribu. Jadi hari 1 keliling Kota Tua, Petak Sembilan, menelusuri berbagai gang kecil dan wihara-wihara tua disitu. Hari ke 2 ke Pulau Seribu, sorenya pulang. 

Kami juga pernah staycation di area Jakarta Timur (TMII), pas waktu anniversary. Ceritanya sekalian nostalgia, karena kami menikah di TMII (gereja Katarina TMII dan gedung sasono). Jadi sekalian staycation di hotel Santika TMII, paginya misa di Gereja Katarina tempat kami menikah (gereja ini gereja kecil mirip kapel). 

Beberapa kali juga nginap di Hotel dekat Rumah Sakit, nggak diitung staycation yaa...karena kan tujuannya bukan refreshing :) 

Terakhir  kami staycation ke area Jakarta Pusat. Walau sering CFD di area situ, tapi staycation ini beda. Ya sekali lagi karena malamnya pulang ke hotel, gak ke rumah :)

Hari pertama kami ke area Pantai Indah Kapuk, ke Hutan Mangrove PIK. Saya amaze banget melihat hutan mangrove untuk pertama kalinya :). Apalagi di area Jakarta. Hutannya terawat, bersih dan sangat unik. Dan sepertinya tidak banyak orang yang tahu ada Hutan Mangrove seperti ini di Jakarta. Padahal jajaran bakau/mangrove ini menjaga pantai utara Jakarta dan juga banyak sekali manfaatnya untuk tanah Jakarta. 
Lokasi Hutan Mangrove PIK ini persis di seberang sekolah TzuChi. Ada gapura kayu kecil. Mobil bisa masuk ke parkiran di dalamnya. Ada tiket masuk untuk mobil 10rb dan untuk dewasa @ 25rb. 
Siap-siap pakai sepatu keds/sneakers, karena untuk jalan di hutan mangrove ini kita jalan di atas bambu/kayu di atas rawa-rawa. Jadi kalau pakai flat shoes/sandal, telapak kaki bakal sakit. 
Oya, untuk masuk ke dalamnya juga kita nggak diperbolehkan bawa makanan/minuman. Tujuannya ya supaya nggak nyampah di dalam kawasan hutan. Ada restoran di bagian depan. Dan kalau mau, cuma 10 menit kok ke kawasan Kuliner PIK yang hits itu...:)

Hutan Mangrove PIK

Mangrove kecil hasil sumbangan berbagai instansi/donatur

Cottage2 tempat nginap di hutan Mangrove

Setelah capek berpanas2 ria di hutan Mangrove ini, kami menuju hotel staycation. Saya sudah booking di Morrissey Hotel Residences di Jl. Wahid Hasyim. Kenapa? karena ada beberapa review positif tentang hotel ini untuk staycation, hotelnya keren, harganya masuk akal, lokasi strategis. :) Walau memang suasanyanya maskulin. Dan kerennya adalah konsep hotel dan desainnya memang unik. Bahkan hotel ini punya personifikasi I Am Morrissey. Jadi seolah saat tinggal disana, kita berjumpa langsung dengan si Morrissey ini. Morrissey ini mem-personifikasi diri sebagai pria modern-metroseksual begitu deh, yang saya tangkap dari keseluruhan konsep dan desain hotel.

Area Lobby
Ornamen Telepon kuno unik

ornamen Pee Dog dimana-mana, termasuk di kamar
Vespa orange sebagai dekorasi di lobby

Desain area lift yang cool...

Karena konsepnya hotel residences, jadi memang lebih dari sekedar hotel. Kamarnya dengan desain modern-maskulin dengan nuansa hitam-putih-abu-abu. Lengkap dengan dapur komplit (kompor, microwave, kulkas, peralatan masak), sofa, meja kerja, lemari baju luas,meja setrika. Sangat spacious, praktis dan nyaman. Karena memang sejatinya hotel ini adalah serviced apartemen untuk para pria-pria modern ibukota :)

Dapur modern yang komplit dengan semua peralatan masak (tinggal bawa bahan makanan)

Meja kerja yang nyaman

Comfy bedroom area

Sofa sebagai area 'living room'

Dan salah satu hal yang wajib ada sebagai syarat staycation adalah : kolam renang yang asik. 

Infinite Pool yang asik
Intinya staycation itu kan untuk refreshing, ganti suasana, dan senang-senang. Dan itu semua didapat dari hotel ini :)
Oya, lokasi yang strategis di pusat kota juga memenuhi kebutuhan nostalgia saya sebagai anak Jakarta (yg un-urbanisasi ke Bogor setelah menikah). Jadi untuk makan malam pun kita nostalgia ke kaki lima di sepanjang Jalan Sabang :)

2 hari 1 malam. That's all we need from a decent staycation. 

See you on the next Wibowo's Trip-cation. :)

xoxo