Monday, July 9, 2012

Gondongan : a dilemma

Berawal di awal weekend lalu.
Bru was on his office occation di sebuah gunung dimana susah sekali sinyalnya. Jadi, literally, saya mengungsi di rumah ortu sejak Sabtu. Yang apesnya, ortu juga sedang on trip nikahan sepupu di Jawa. Dan apesnya lagi, kakak & ipar pun full sekali acaranya di Sabtu itu. Jadi rumah besar yang biasanya selalu ramai orang, juga lagi sepi. Literally, saya sendirian sepanjang Sabtu. Keluarga kakak baru balik dari pesta ultah sekitar jam 22.30. Lalu Bapak juga baru kembali (duluan, krn Ibu masih lanjut acara keluarga s/d beberapa hari) sekitar jam 23.30.
Ok, singkat cerita, saya nunggu sampai semua kembali ke rumah. Lalu baru tidur sekitar pukul 24.00

Lalu tiba-tiba sekitar pukul 3.30 saya terbangun dan merasa kesakitan di sekitar leher atas, dekat rahang, tepat dibawah telinga kanan. Pas saya raba, terasa ada benjolan bengkak. Sakitnya membuat saya gak bisa berguling. Akhirnya saya memaksa diri turun ke bawah untuk ambil es di kulkas.
Pagi harinya semua terbangun dengan heran karena melihat leher kanan saya bengkak tiba-tiba seperti itu. Saya tidak bisa menoleh ke kiri, lalu saat mengunyah makanan pun rasanya nyeri sekali.
Semalaman karena gak bisa tidur lagi setelah bengkak itu muncul, saya langsung browsing-browsing tentang gondongan. Ini beberapa hal yang saya dapat tentang gondongan (eng : Mumps).

++++++

Penyakit Mump atau penyakit gondong telah dilaporkan hampir di seluruh belahan dunia, demikian juga di Indonesia resiko anak terkena gondok mungkin masih tinggi. Gondok masih endemik di banyak negara di seluruh dunia, sedangkan vaksin MMR digunakan hanya 57% dari negara-negara yang menjadi anggota Organisasi Kesehatan Dunia, terutama di Negara-negara maju. Dalam Inggris dan Wales, sebuah epidemi gondok yang dimulai pada 2005, telah dilaporkan 56.390 kasus kematian.
Penyakit Gondong atau dalam dunia kedokteran dikenal sebagai parotitis atau Mumps adalah suatu penyakit menular dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah.

Penyebab dan Penularan
Penyakit ini disebabkan oleh virus Mumps yaitu virus berjenis RNA virus yang merupakan anggota famii Paramyxoviridae dan genus Paramyxovirus. Terdapat dua permukaan glikoprotein yang terdiri dari hemagglutinin-neuraminidase dan fusion protein. Virus Mumps sensitive terhadap panas dan sinar ultraviolet.
Penyakit Gondong (Mumps atau Parotitis) penyebaran virus dapat ditularkan melalui kontak langsung, percikan ludah, bahan muntah, mungkin dengan urin. Virus dapat ditemukan dalam urin dari hari pertama sampai hari keempat belas setelah terjadi pembesaran kelenjar.
Penyakit gondongan sangat jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 2 tahun, hal tersebut karena umumnya mereka masih memiliki atau dilindungi oleh anti bodi yang baik. Seseorang yang pernah menderita penyakit gondongan, maka dia akan memiliki kekebalan seumur hidupnya.
Penderita penyakit gondong masih dintakan dapat menjadi sumber penularan selama 9 hari sejak keluhan bengkak ditemukan. Sebaiknya pada periode tersebut penderita dianjurkan tidak masuk sekolah atau melakukan aktifitas di keramaian karena akan menjadi sumber penularan dan penyebaran penyakit anak-anak di sekitarnya.

Tanda dan Gejala
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Namun demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber penularan penyakit tersebut.
Masa tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat digambarkan sdebagai berikut :
Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu badan 38.5 – 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka mulut). Kadangkala disertai nyeri telinga yang hebat pada 24 jam pertama..
Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami pembengkakan. Sekitar 70-80% terjadi pembengkakan kelanjar pada dua sisi.

ini gambar letak kelenjar parotitis itu :


Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3-5 hari kemudian berangsur mengempis dan disertai dengan demam yang membaik.
Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar air liur di bawah rahang (submandibula), submaksilaris, kelenjar di bawah lidah (sublingual) dan terjadi edema dan eritematus pada orificium dari duktus. Pada pria akil balik adalanya terjadi pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah.

Diagnosis
Diagnosis dtegakkan hanya secara klinis. Diagnosis ditegakkan bila jelas ada gejala infeksi parotitis epidemika pada pemeirksaan fisis, termasuk keterangan adanya kontak dengan penderita penyakit gondong (Mumps atau Parotitis) 2-3 minggu sebelumnya. Selain itu adalah dengan tindakan pemeriksaan hasil laboratorium air kencing (urin) dan darah.



Gondongan, seperti penyakit yang disebabkan oleh virus lainnya, pada dasarnya akan sembuh dengan sendirinya. Biasanya obat-obat diberikan untuk mengurangi gejala-gejala yang menyertainya (misalnya : demam, nyeri, dsb). 
Dampak gondongan pada orang dewasa memang terlihat lebih mengerikan dibanding pada anak-anak. Pada pria dewasa (sudah akil balik), virusnya bisa menyerang testis. Pada wanita dewasa, virusnya bisa menyerang ovarium. 

++++++


Kembali ke kisah saya, seingat saya, Ibu pernah cerita bahwa saya pernah kena gondongan jaman kecil. Jadi  di tubuh saya pastinya sudah ada antibodi. 
Lalu pagi harinya, Bapak mengantarkan saya ke RS terdekat. Dokter umum yang sedang jaga, juga memberi diagnosa : gondongan. Lalu saya diberi obat anti radang, obat anti virus dan vitamin C. 

Setelah minum obatnya, siangnya bengkak itu mengecil dan saya sudah bisa menoleh-noleh. Saya pun berani untuk nyetir pulang ke Sentul. Kondisi badan terasa semakin fit juga. Aneh juga padahal kalau gondongan, mustinya bengkaknya akan tetap.

Seninnya, saya memang tidak masuk kerja, karena dokter bilang untuk kembali cek setelah 2 hari. Senin ini saya memutuskan untuk datang ke dokter THT. Bengkaknya sudah makin mengecil (walau masih ada), mulut saya juga sudah bisa mangap lebar...

Saya ke dokter THT di RS di Bogor. Dokter langsung melakukan pemeriksaan ke seluruh saluran THT, hidung diintip, mulut diintip, telinga diintip. Lalu depan telinga ditekan-tekan. Sudah tidak ada yang sakit. Lalu dari cerita saya dan pemeriksaan yang dilakukan, dokter THT itu memastikan bahwa yang saya alami bukanlah gondongan. Menurut dokter, selain karena sudah ada antibodi gondong dalam tubuh saya karena waktu kecil pernah gondongan, juga dari pemeriksaan, ciri yang saya alami bukan gondongan. Saya tidak demam, depan telinga tidak bengkak/sakit, dan kondisi membaik dengan cepat dengan obat anti radang. Dokter mengatakan bahwa kemungkinan bengkaknya karena otot saja. Dokter THT juga meminta obat anti virus dihentikan saja, tapi obat anti radang tetap diteruskan. 

Jadi....saya bingung sendiri. Memang sebelumnya juga saya percaya gak percaya kalau segede ini saya kena gondongan lagi. Dengan diagnosa dokter THT, saya jadi lebih tenang tapi juga jadi bingung karena terlanjur udah bilang ke kantor kalo saya gondongan...hehehe...

Padahal dari hasil cerita saya ke orang-orang dan juga browsing-browsing, saya baru tahu bahwa banyak mitos pengobatan untuk penyakit gondongan. 
1. Yang paling terkenal adalah dengan mengoleskan daerah yang bengkak dengan blau (pemutih baju). Ternyata penjelasan untuk hal ini adalah : supaya si anak yang gondongan malu kalau mau main keluar rumah, jadi dia istirahat di rumah dan mempercepat proses pemulihan. hehe...ada2 aja ya..
2. Digantungin buah-buah yang bau (ini menurut Bru, waktu dia gondongan jaman dulu, di Magelang). Mungkin penjelasannya juga sama, supaya dia malu keluar rumah dan istirahat aja di rumah.
3. Menurut si bibi (ART di rumah saya, yg orang Sunda asli), kalau gondongan selain dikasih blau, juga bagian yang bengkak dioles-oles dengan nasi yang masih panas. Lalu sisa nasi yang nempel2 itu dibuang dan dikasih untuk makanan anjing. Nah saya bingung nih, penjelasannya gimana untuk mitos yang satu ini. Hehe..mungkin supaya si anak main aja di rumah sama anjingnya dan gak main ke luar rumah? hehehe...

Apapun mitosnya, sukurnya waktu kecil saya gondongan, Ibu saya sebagai tenaga medis nggak menerapkan mitos-mitos percobaan itu ke saya :)
Dan sebaiknya memang kalau ada gejala-gejala serupa gondong, segeralah ke dokter. Karena kalau memang itu gondongan, pengobatan sedini mungkin akan meminimalkan dampak dari penyakit. Kalau memang di kondisi terdesak, gak apa-apa ke dokter umum dulu. Tapi kalau ingin diagnosa lebih detil, lebih baik ke Dokter THT juga. 

Jadi saya bersyukur walau gak mengalami gondongan sampai 2 kali. Bersyukur juga karena bisa dpt istirahat tambahan di hari Senin. Bersyukur juga dengan bengkak yang semakin mengecil.
Semoga memang hanya masalah otot saja :) 

Life's good anyway. God gives certain experience to make us learn more. I do. 

xoxo. 



Saturday, July 7, 2012

one big step : laparoskopi

Laparoskopi adalah teknik bedah minimal invasif menggunakan alat-alat berdiameter kecil untuk menggantikan tangan dokter bedah melakukan prosedur bedah di dalam rongga perut. Kamera mini digunakan dengan terlebih dahulu dimasukkan gas untuk membuat jarak pemisah antara rongga sehingga dapat terlihat dengan jelas. Dokter bedah melakukan pembedahan dengan melihat layar monitor dan mengoperasikan alat-alat tersebut dengan kedua tangannya.Laparoskopi sendiri sebenarnya adalah suatu alat yang berfungsi sebagai teleskop untuk melihat organ dalam pasien. Dengan alat ini, dokter bedah dapat menjangkau organ dalam pasien tanpa harus banyak menyayat kulit pasien. 

Pada bidang ginekologi (kesehatan organ reproduksi wanita),  kondisi yang dapat ditangani dengan teknik laparoskopi antara lain mioma uteri, tumor ovarium, nyeri haid, endometriosis, adenomiosis, infertilitas, sterilisasi tuba, pelengketan saluran tuba, pelengketan organ genitalia, kehamilan di luar kandungan, pengangkatan rahim atau ovarian drilling.
Keuntungan teknik laparoskopi antara lain, kerusakan jaringan lebih ringan, nyeri pasca operasi lebih ringan, lama perawatan lebih singkat, resiko infeksi lebih kecil, sisi kosmetik lebih baik karena sayatan yang minimal, serta masa recovery yang lebih cepat.
My story :
Setelah melakukan pertimbangan matang saya memutuskan untuk melakukan bedah laparoskopi untuk mengangkat kista saya. Sesuai berbagai pertimbangan dan referensi, kami memilih melakukannya di RSCM Kencana. Persiapan-persiapan yang harus dilakukan sebelum operasi ini adalah :
- Melakukan cek laboratorium lengkap sebagai persyaratan standar untuk operasi.
- Konsultasi dengan dokter anesthesi. Karena selama prosedur laparoskopi akan dilakukan bius total selama +/- 2-3 jam. 
- Puasa 12 jam sebelum dilakukannya operasi. 
- Mengosongkan isi perut dengan BAB normal & dibantu obat pencahar supaya usus benar-benar kosong. Karena nantinya rongga perut akan diisi gas. 
Jadwal masuk RS adalah H-1. Karena sudah diberitahu jadwal operasinya, maka jadwal untuk puasa pun juga diatur oleh RS. 
Jadwal operasi saya adalah 28 Mei 2012 pukul 11.00. Cukup ontime, pukul 11.00 saya sudah dibawa ke Ruang Operasi. Yang akan melakukan operasi adalah Dokter Budi Wiweko sendiri selaku obgyn saya di RSCM Kencana tsb. Seingat saya, saya didorong melalui ruangan-ruangan operasi yang seperti di film-film. Lalu masuk ke ruang operasi dengan peralatan yang terlihat canggih. Yang terakhir saya ingat adalah melihat jam di dinding ruang operasi, lalu saya dibius dan tidak ingat apa-apa lagi.
Begitu sadar, saya ada di ruang pemulihan dengan selang oksigen di mulut. Badan terasa lelah dan sakit. Lalu mendengar suara keluarga saya : ibu, ibu mertua dan suami. Mereka sedang berbincang dengan dokter. Lalu saya didorong kembali ke ruang rawat. Proses operasi sendiri sekitar 2,5 jam. 
Selama 12 jam setelah operasi, saya tidak boleh banyak bergerak dan harus di berbaring di tempat tidur. Jadi untuk urusan ke BAK, dipasang kateter. Badan rasanya sakit, terutama di perut. Mungkin karena ada beberapa luka sayatan di perut. 12 jam pertama itu saya benar-benar tergantung pada perawatan keluarga. Makan disuapi di tempat tidur, minum disuapi juga. Menggunakan kateter juga rasanya gak nyaman. 
Besok paginya, sekitar pukul 7.00, kateter sudah dilepas dan saya sudah boleh turun dari tempat tidur. Rasanya aneh, limbung dan terpincang-pincang. Tapi saya sudah boleh mandi, keramas, dsb. Siangnya, saya sudah boleh pulang. 
Luka bekas operasinya ada 4 buah : 1 buah di pusar (sekitar 1 cm besarnya), 1 buah di perut bawah (0,5 cm), 1 buah di perut kiri (0.5 cm), 1 buah di perut kanan (0.5 cm). Semua luka itu ditutup dengan plester anti air. Sehingga setelah pulang ke rumah pun saya bisa mandi seperti biasa. 
Seperti operasi pada umumnya, membutuhkan pemulihan. Seminggu pertama rasanya badan benar-benar sedang bekerja sama memulihkan luka dalam dan luka-luka di perut itu. Rasanya agak tersiksa karena tidak bisa bergerak selincah biasanya. Perut juga rasanya masih kembung akibat gas yang dimasukkan selama operasi. 
6 hari setelah operasi, saya sudah kembali masuk kantor. Walau perut masih sering nyeri kalau duduk terlalu lama. Tapi badan memulih dengan baik. 14 hari setelah operasi, badan saya sudah memulih 75%. Sudah mulai bisa bergerak dengan lincah. Lalu jahitan operasi mulai dibuka. 21 hari setelah operasi saya sudah melakukan tugas ke luar kota. Stamina sudah kembali normal. Sudah kembali bisa nyetir sendiri lagi. 
O iya, biaya untuk operasi Laparoskopi ini di RSCM Kencana adalah Rp 16 juta. Ditambah ini itu dan biaya rawat (VIP) total biaya yang saya keluarkan adalah Rp 32 juta. Cukup mahal ya.... tapi cukup melegakan karena asuransi kantor masih bisa mengcover pengeluaran ini. 
Dari RS kami mendapat CD yang berisi video keseluruhan jalannya operasi dan foto-foto 'jeroan' saya itu. 
Semoga big step ini membawa big step lain pada keluarga kami. Amin.

xoxo.